Penjagaan Babi Masuk Toraja

Banyak Babi Mati Karena ASF di Toraja, Pedagang Khawatir Harganya Makin Melonjak

Pedangang babi asal La'bo ini berharap pemerintah kabupaten (pemkab) Toraja Utara dapat mengendalikan virus ASF tersebut.

Penulis: Freedy Samuel Tuerah | Editor: Apriani Landa
TribunToraja
Hewan babi di Toraja 

TRIBUNTORAJA.COM, RANTEPAO - Virus African Swine Fever (ASF) mengancam populasi ternak babi di Toraja. Bagaimana tidak, ribuan ekor telah mati dalam beberapa hari terakhir ini karena virus ASF atau flu babi Afrika itu.

Salah satu pedagang ternak babi di Toraja Utara, Mince, mengungkapkan jika semakin langkahnya ternak babi, maka dikhawatirkan harganya akan naik.

"Sekarang sudah terasa sedikit langka, mungkin karena banyak babi yang dikarantika akibat virus itu," ucap pedagang berusia 48 tahun itu.

"Harga normal 1 babi ukuran sedang itu Rp 3 juta, bahkan sekarang ada yang hampir Rp 4 juta lebih," ucap pedagang asal Labo', Toraja Utara, Sulawesi Selatan, ini saat ditemui di Rantepao.

Ia mempunyai 3 peternakan babi. Melalui usaha kecil tersebut ia berharap pemerintah kabupaten (pemkab) Toraja Utara dapat mengendalikan virus ASF tersebut.

"Katanya stok babi lokal masih cukup hingga beberapa bulan ke depan, tetapi kiranya pengawasan babi masuk dari luar Toraja diawasi dengan ketat," tuturnya.

Selain itu, ia berharap kepada pemerintah, dalam hal ini Dinas Pertanian, dapat lebih mempromosikan ternak babi lokal.

"Pasti babi yang berusaha masuk ke Toraja Utara akan menekan angka jualnya atau dengan kata lain menjual murah. Ini merugikan peternak babi lokal jika pedagang dari luar Toraja dapat menjual bebas hasil ternaknya, apalagi banyaknya jalan tikus (jalan di luar jalan protokol) di Toraja Utara," jelasnya.

Meski sudah ada pengawasan distribusi babi di daerah perbatasan, beberapa oknum masih berusia memasukkan babi dari wilayah tetangga.

Minggu dini hari kemarin, Tim Gabungan Pengawasan & Penyekatan ASF Toraja Utara mencegat truk yang menganggkut ratusan ekor babi.

Ada tiga truk yang dicegat di Kecamatan Nanggala yang berasal dari tempat berbeda. Ada dari Kabupaten Luwuk Banggai (Sulawesi Tengah) dan dari Kota Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Diketahui bahwa kedua daerah tersebut juga masuk zona merah virus ASF.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved