Tribun UMKM

30 Tahun Menekuni Anyaman Rakki, Andarias Bertahan Hidup Sekaligus Menjaga Warisan Budaya Toraja

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sedangkan bakul dijual Rp150 ribu per lusin.

Di balik harga itu, tentu ada proses yang panjang. 

Untuk membuat satu lusin alas gelas bisa memakan waktu hingga seminggu, tergantung bentuk dan tingkat kesulitan. 

Produk seperti alas gelas menjadi yang paling rumit karena membutuhkan ketelitian ekstra dalam setiap helai anyaman.

“Kalau anyaman kecil seperti alas gelas itu susah. Apalagi kalau motifnya rapat,” ujar Paresso, yang tugasnya memisahkan tulang daun ijuk agar siap dianyam oleh suaminya.
 
Berbeda dari pengrajin lain, Andarias tidak menggunakan lidi kelapa seperti lazimnya.

Ia lebih memilih lidi dari daun ijuk muda.

Alasannya, lidi dari daun ijuk muda lebih lentur dan mudah dibentuk.

Sayangnya, usaha ini tidak selalu berjalan lancar.

Pernah, pesanan besar yang mereka siapkan dengan susah payah batal diambil pembeli.

Namun, Andarias dan Paresso tak menyerah.

“Kalau ada pesanan, kami kerja. Kalau tidak, kami santai bersama cucu,” ucap Paresso sambil tersenyum, menatap dua cucunya yang tertawa sambil bermain di sisi rumah.
 
Di tengah arus digitalisasi yang perlahan menjangkau kampung mereka, Andarias justru menjadi pengingat bahwa modern bukan berarti melupakan.

Bahwa kearifan lokal bukan sekadar romantisme masa lalu, melainkan sumber penghidupan yang bermartabat.

Dari daun ijuk yang tampak remeh, dari lidi-lidi kecil yang dianyam sabar, Andarias membuktikan bahwa tradisi bisa bertahan asal ada yang bersedia menjaga.

Nah, bagi Tribuners yang ingin memesan kerajinan rakki, bisa langsung menghubungi Andarias Baso di Kampung Tombang, Lembang Poton.(*)