1 Orang Tewas dalam Penerbangan Singapore Airlines Akibat Turbulensi, Apa Penyebabnya?

Turbulensi ringan dan sedang dapat membuat penumpang merasakan ketegangan pada sabuk pengaman mereka dan menyebabkan barang-barang bergerak di...

Penulis: Redaksi | Editor: Donny Yosua
IST
Ilustrasi. 

Biasanya turbulensi ini ringan, tetapi pada awan yang lebih besar seperti cumulonimbus, pergerakan udara yang kacau dapat menyebabkan turbulensi sedang hingga parah.

Selain faktor cuaca dan geografis seperti badai petir, pegunungan, dan jenis awan tertentu, terdapat juga "clear air turbulence" yang dapat mengejutkan pilot karena terjadi tanpa peringatan.

Stuart Fox, direktur operasi penerbangan dan teknis di badan penerbangan global IATA, menjelaskan bahwa prakiraan cuaca yang menunjukkan front cuaca atau aliran udara di atas pegunungan bisa memperkirakan kemungkinan turbulensi.

 

Baca juga: Rekam Jejak Ebrahim Raisi, Presiden Iran Tewas Kecelakaan Helikopter

 

Namun, hal ini tidak selalu terlihat.

"Kekuatan dan arah aliran udara dapat berubah dengan cepat, dan prakiraan cuaca hanya dapat menunjukkan kemungkinannya," kata Stuart, mengutip The Guardian.

Angin yang berguncang bisa membuat pesawat keluar dari jalurnya, kehilangan ketinggian dengan cepat, atau terombang-ambing dengan keras.

 

Baca juga: Sosok Ebrahim Raisi, Presiden Iran yang Tewas dalam Kecelakaan Helikopter

 

Penelitian dari Reading University menunjukkan bahwa turbulensi semakin parah akibat krisis iklim.

Studi ini mengungkapkan bahwa turbulensi parah meningkat 55 persen dari tahun 1979 hingga 2020 karena perubahan kecepatan angin di ketinggian.

"Proyeksi masa depan terbaru kami menunjukkan kemungkinan dua hingga tiga kali lipat peningkatan turbulensi parah di aliran jet dalam beberapa dekade mendatang jika iklim terus berubah seperti yang diperkirakan," kata Profesor Paul Williams, salah satu penulis studi, mengutip Reuters.

 

Baca juga: Kronologi Kecelakaan Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Korban Dilaporkan Tewas

 

Namun, Williams menyatakan bahwa meskipun ada korelasi yang kuat, masih diperlukan lebih banyak penelitian.

"Masih terlalu dini untuk menyalahkan perubahan iklim secara pasti atas peningkatan turbulensi yang terlihat baru-baru ini. Peningkatan liputan media, yang didukung oleh rekaman video dalam penerbangan dari ponsel penumpang, mungkin menjadi salah satu faktornya," tambah Williams.

(*)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved