Kenapa Kerbau Belang Hanya Banyak di Toraja? Peneliti IPB Ungkap Misteri Tedong Bonga dan Saleko

Selain memiliki nilai ekonomis tinggi, hewan bertubuh tambun ini juga melambangkan kesejahteraan sekaligus menandakan tingkat kekayaan dan status...

|
Editor: Donny Yosua
int
Tedong Bonga yang sangat disakralkan oleh masyarakat Toraja. Harganya bisa mencapai miliaran rupiah per ekor 

 

Dalam mendeteksi terjadinya mutasi di gen ini, imbuhnya, semua ekson MITF serta daerah intron serta pengapitnya diteliti dengan seksama.

Disamping itu, dianalisa juga MITF cDNA mewakili jaringan kulit dan iris kerbau belang, kerbau biasa (normal) dan kerbau albino dirunut DNA-nya untuk mendeteksi mutasi dan membandingkannya.

Menurut Prof Ronny, hasil penelurusan DNA kerbau belang ini menunjukkan bahwa kemunculan pola belang ini disebabkan karena adanya mutasi DNA di gen MITF.

“Ada dua mutasi independen yang dinamakan loss-of-function mutations yang terjadi yaitu premature stop codon (c.328C>T, p.Arg110*) dan donor splice-site mutation (c.840+2T>A, p.Glu281_Leu282Ins8). Kedua mutasi DNA inilah yang menyebabkan kerbau Toraja memiliki pola warna belang,” ujar Prof Ronny.

 

Kerbau atau tedong lotong boko'.
Kerbau atau tedong lotong boko'. (IST)

Baca juga: Mengenal Tradisi To Merok, Kerbau tidak Disembelih tapi Ditombak

 

Keberhasilan tim peneliti mengidentifikasi dan menguak rahasia di balik munculnya pola belang pada kerbau Toraja ini tentunya sangat penting dalam upaya melestarikan keberadaan kerbau belang yang dianggap sakral dan sudah mengakar pada budaya masyarakat setempat.

“Kedepan, embrio kerbau belang yang memiliki mutasi sangat spesifik ini dapat dikembangkan untuk memperbanyak populasi kerbau belang jika pada suatu saat nanti kerbau belang Toraja statusnya langka dan hampir punah,” ujar Prof Ronny.

Menurut Prof Ronny, dengan diketahuinya penyebab dan mekanisme kemunculan warna belang pada kerbau Toraja ini maka keberadaan kerbau belang yang merupakan salah satu plasma nutfah khas Indonesia ini dapat dilestarikan dengan menggunakan pendekatan budaya dan teknologi modern.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved