Utang Luar Negeri

Utang Indonesia Naik Menjadi Rp 7.855,53 Triliun, Presiden Jokowi: Rasionya Sudah Turun

Sebagai perbandingan, rasio utang Malaysia saat ini di tingkat 66,3 persen PDB, Cina 77,1 persen, dan India 83,1 persen

Penulis: Redaksi | Editor: Muh. Irham
Youtube Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo 

TRIBUNTORAJA.COM - Rasio utang pemerintah diklaim mengalami penurunan sebesar 37,8 persen pada bulan Juli 2023. Angka ini menurun dari sebelumnya 40,7 persen PDB tahun 2021.

“Sebagai perbandingan, rasio utang Malaysia saat ini di tingkat 66,3 persen PDB, Cina 77,1 persen, dan India 83,1 persen,” kata Presiden Joko Widodo saat Penyampaian RUU APBN 2024 dan Nota Keuangan di DPR RI dikutip pada Kamis (17/8/2023).

"Rasio utang Indonesia juga salah satu yang paling rendah di antara kelompok negara G20 dan ASEAN," kata dia lagi.

Sebagai informasi saja, apabila merujuk laporan APBN KiTa, besaran utang Indonesia sampai 31 Juli 2023 mencapai Rp 7.855,53 triliun. Jumlah tersebut naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya Rp 7.805,19 triliun.

Selain itu, Jokowi juga menyebut kebijakan fiskal Indonesia menjadi salah satu yang paling efektif dalam menangani pandemi Covid-19 dan menjaga pertumbuhan ekonomi.

Sebagai gambaran, defisit fiskal Indonesia sudah kembali di bawah 3 persen PDB. Artinya, ekonomi Indonesia relatif stabil dibanding negara-negara tetangga.

"Satu tahun lebih cepat dari rencana awal. Di sebagian besar negara, defisit fiskal masih sangat lebar," imbuh Jokowi.

Sebagai perbandingan, defisit fiskal di India mencapai 9,6 persen PDB per 2022, Jepang 7,8 persen, China 7,5 persen, Amerika Serikat 5,5 persen, dan Malaysia 5,3 persen.

Klaim Sri Mulyani Sementara itu Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan, realisasi pembiayaan utang pemerintah baru mencapai Rp 194,9 triliun hingga Juli 2023.

Nilai ini masih jauh dari target yang ditetapkan dalam APBN 2023. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah menetapkan pagu pembiayaan utang sebesar Rp 696,3 triliun sepanjang 2023.

Dengan demikian, realisasi pembiayaan utang baru mencapai 28 persen dari target tersebut. Selain itu, realisasi pembiayaan utang pemerintah juga lebih rendah dibandingkan posisi Juli tahun lalu.

Tercatat, realisasi pembiayaan utang mencapai Rp 237 triliun pada Juli 2022.

"Ini artinya, dilihat dan dibandingkan pembiayaan utang tahun lalu maka pembiayaan utang mengalami penurunan sangat tajam yaitu 17,8 persen," ujar dia dalam konferensi pers APBN KiTa Agustus 2023.

Penurunan realisasi utang tersebut disebabkan oleh terkontraksinya realisasi penerbitan surat berharga negara (SBN) dan juga pinjaman.

Bendahara negara memaparkan, realisasi penerbitan SUN sebesar Rp 184,1 triliun. Nilai ini setara 25,8 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 712,9 triliun.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved