Ketua Adat Tongkonan Kada Desak Pandji Pragiwaksono Datang ke Toraja untuk Jalani Ritual Minta Maaf

Ketua Adat Tongkonan Kada, Sam Barumbun, menuntut komika Pandji Pragiwaksono datang ke Toraja untuk menjalani ritual permohonan maaf atas...

Tribun Toraja/Lilianti Ariyani Saalino
MINTA MAAF - Ketua Adat Tongkonan Kada, Sam Barumbun, menuntut komika Pandji Pragiwaksono datang ke Toraja untuk menjalani ritual permohonan maaf atas ucapannya yang dianggap menyinggung adat dan keyakinan masyarakat Toraja. 

TRIBUNTORAJA.COM – Ketua Adat Tongkonan Kada, Sam Barumbun, memberikan tanggapan terhadap pernyataan permintaan maaf komika Pandji Pragiwaksono yang beredar di media sosial.

Tanggapan tersebut disampaikan di Tongkonan Ne’ Riri, Kelurahan Tampo, Kecamatan Tallunglipu, Kabupaten Toraja Utara, Senin (3/11/2025).

Barumbun menilai bahwa pernyataan Pandji dalam pertunjukan lawak tahun 2013 lalu telah menimbulkan keresahan dan kekecewaan mendalam bagi masyarakat Toraja.

 

 

“Atas perkataan yang disampaikan komika Pandji, telah menimbulkan keresahan bagi masyarakat Toraja,” ujar Barumbun.

Ia menjelaskan bahwa candaan Pandji dianggap melanggar nilai dan falsafah pelaksanaan ritual Rambu Solo’, yang merupakan bagian penting dari keyakinan masyarakat Toraja.

“Keyakinan dan falsafah pelaksanaan ritual yang dijiwai oleh orang Toraja tidak pernah mengandung unsur paksaan. Rambu Solo’ tidak pernah dipaksakan dan harus mengikuti kemampuan keluarga,” tegasnya.

 

Baca juga: Pandji Pragiwaksono Minta Maaf ke Masyarakat Toraja, Siap Jalani Proses Adat dan Hukum Negara

 

Barumbun menambahkan bahwa tradisi Rambu Solo’ telah diwariskan secara turun-temurun dan tidak mungkin dibuat untuk mencelakai generasi penerus.

“Saya yakin leluhur masyarakat adat Toraja tidak mungkin menyimpan tradisi yang akan mencelakai generasi ke generasi. Pelaksanaan ritual kematian orang Toraja itu tidak ada paksaan dari Tongkonan untuk melakukan ritual sebesar-besarnya. Semua disesuaikan dengan kemampuan keluarga,” jelasnya.

Lebih lanjut, Barumbun menerangkan bahwa dalam filosofi Toraja, jenazah tidak pernah ditelantarkan, melainkan disimpan secara terhormat di kamar dengan hiasan Toraja atau di atas Tongkonan (disumbung).

 

Baca juga: Pemuda Toraja Indonesia Kecam Pandji Pragiwaksono karena Diduga Lecehkan Adat dan Budaya Toraja

 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved