Polemik Revitalisasi Lapangan Sadan

Dedy Palimbong soal Penolakan Revitalisasi Lapangan Sa’dan: Pemda yang Beri Hibah, Bukan Sebaliknya

Bupati Toraja Utara Frederick Victor Palimbong klarifikasi isu penolakan revitalisasi lapangan adat Sa’dan. Ia menegaskan hanya beberapa keluarga...

TribunToraja/Apriani
REVITALISASI LAPANGAN - Bupati Toraja Utara, Frederik Victor Palimbong. Ia memberikan klarifikasi isu penolakan revitalisasi lapangan adat Sa’dan. Frederik menegaskan hanya beberapa keluarga yang menolak dan Pemda justru memberi hibah tanpa mengubah status tanah. 

TRIBUNTORAJA.COM, RANTEPAO – Bupati Toraja Utara, Frederik Victor Palimbong, kembali memberikan tanggapan lanjutan terkait polemik penolakan sebagian warga terhadap rencana revitalisasi lapangan adat di Sadan yang menelan anggaran sekitar Rp4 miliar.

Frederik menegaskan bahwa penolakan yang terjadi tidak mewakili keseluruhan masyarakat adat atau tiga tongkonan di wilayah tersebut.

“Sebenarnya yang menolak hanya beberapa keluarga, bukan tiga tongkonan. Itupun penolakan yang tidak berdasar karena mereka kuatir tanah dihibahkan ke Pemda,” ujar Frederik saat dikonfirmasi, Senin (3/11/2025).

 

 

Ia meluruskan bahwa kekhawatiran warga tersebut tidak memiliki dasar, sebab pemerintah daerah justru yang memberikan hibah untuk kepentingan masyarakat tanpa mengubah status tanah adat tersebut.

“Padahal sebaliknya, justru Pemda yang memberi hibah tanpa mengubah status tanah itu," jelas Frederik.

"Hibahnya gratis dan status tanah tetap sama,” tegasnya.

 

Baca juga: Bupati Toraja Utara soal Penolakan Revitalisasi Lapangan Sa’dan: Jangan Hanya Jadi Tempat Adu Kerbau

 

"Jangan Hanya untuk Adu Kerbau"

Frederik menambahkan, program revitalisasi lapangan adat ini bertujuan memperindah kawasan sekaligus menjaga nilai-nilai budaya Toraja agar tetap hidup dalam konteks pembangunan yang lebih modern.

Ia menilai bahwa pembangunan dan revitalisasi fasilitas publik seharusnya dipahami dalam konteks kemajuan bersama, bukan sekadar dilihat dari sudut pandang kebiasaan lama.

“Orang sudah membicarakan pertanian modern, kita masih membicarakan seputar pemanfaatan lapangan. Apalagi kalau dipakai hanya untuk adu kerbau,” ujar pria yang akrab disapa Dedy ini kepada Tribun Toraja, Senin (3/11/2025).

Ia menilai, potensi ruang publik seperti lapangan adat harus dikembangkan agar memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang lebih luas bagi masyarakat.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved