Opini Tribun

Cek Khodam: Budaya Lintas Digital dalam Mitos dan Media Sosial

Artikel ini akan membahas bagaimana praktik cek khodam menjadi bagian dari budaya lintas digital, serta dampaknya dalam mitos dan media sosial.

Editor: Imam Wahyudi
zoom-inlihat foto Cek Khodam: Budaya Lintas Digital dalam Mitos dan Media Sosial
ist
Dr Qudratullah, M.Sos.

Kepercayaan terhadap khodam dan makhluk halus bisa memberikan pengaruh signifikan terhadap cara pandang seseorang terhadap kehidupan dan lingkungannya.

Bagi sebagian orang, kepercayaan terhadap khodam bisa memberikan rasa aman dan perlindungan.

Namun, bagi yang lain, hal ini bisa menimbulkan ketakutan dan kecemasan.

Di era digital, di mana informasi dapat dengan mudah diakses dan disebarkan, penting untuk memiliki pemahaman kritis terhadap konten yang dikonsumsi.

Selain itu, penyebaran praktik ini juga bisa memperkuat stereotip dan mitos yang mungkin tidak selalu didasarkan pada fakta atau bukti ilmiah.

Dalam konteks ini, media sosial bisa menjadi pedang bermata dua yang memperkuat kepercayaan budaya sambil juga berpotensi menyesatkan.

Indikasi maraknya ketertarikan pengguna Tiktok terhadap kemunculan ‘”cek khodam” adalah FOMO (Fear of Missing Out). Suatu fenomena psikologis di mana seseorang merasa takut ketinggalan sesuatu yang dianggap penting atau menarik oleh orang lain.

Dalam era media sosial, FOMO menjadi lebih menonjol karena pengguna terus-menerus terpapar dengan kehidupan dan kegiatan orang lain melalui berbagai platform.

TikTok, dengan sifatnya yang cepat dan interaktif, sangat efektif dalam memicu perasaan FOMO di kalangan penggunanya

Keikutsertaan pengguna Tiktok dalam praktik cek khodam mencerminkan dinamika kompleks antara FOMO dan kepercayaan spiritual.

Meskipun FOMO memainkan peran penting dalam mendorong pengguna untuk terlibat dalam tren ini, tidak dapat diabaikan bahwa ada juga pengguna yang memiliki minat dan kepercayaan yang tulus terhadap praktik spiritual ini.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana media sosial dapat menjadi jembatan antara tradisi lama dan teknologi modern, memungkinkan praktik spiritual untuk beradaptasi dan bertahan dalam konteks digital.

Penting bagi pengguna untuk memiliki kesadaran dan pemahaman yang mendalam tentang motivasi mereka sendiri ketika terlibat dalam praktik ini, serta untuk tetap kritis terhadap informasi dan konten yang mereka konsumsi di media sosial.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

Opini: Ketahanan Pangan 

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved