Opini Tribun

Cek Khodam: Budaya Lintas Digital dalam Mitos dan Media Sosial

Artikel ini akan membahas bagaimana praktik cek khodam menjadi bagian dari budaya lintas digital, serta dampaknya dalam mitos dan media sosial.

Editor: Imam Wahyudi
zoom-inlihat foto Cek Khodam: Budaya Lintas Digital dalam Mitos dan Media Sosial
ist
Dr Qudratullah, M.Sos.

Oleh: Dr Qudratullah, M.Sos.
Dosen Institut Agama Islam Negeri Bone

TRIBUNTORAJA.COM - Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam hal kepercayaan dan budaya.

Salah satu fenomena menarik yang muncul dalam konteks ini adalah praktik “cek khodam” yang kini marak di media sosial.

“Cek khodam” adalah istilah yang merujuk pada kegiatan memeriksa atau mendeteksi kehadiran makhluk halus yang dipercaya menjadi pendamping spiritual seseorang.

Praktik ini, yang dulunya terbatas pada lingkup tradisional dan spiritual, kini semakin mudah diakses melalui platform digital.

Fenomena ini menimbulkan berbagai pandangan yang beragam, baik dari sudut pandang budaya, teknologi, maupun psikologi.

Artikel ini akan membahas bagaimana praktik cek khodam menjadi bagian dari budaya lintas digital, serta dampaknya dalam mitos dan media sosial.

Budaya spiritual telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak lama.

Berbagai kepercayaan tentang makhluk halus, khodam, dan entitas spiritual lainnya telah diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, dengan adanya digitalisasi, bentuk praktik kepercayaan ini mengalami transformasi.

Di era digital yang semakin terhubung ini, fenomena “cek khodam” muncul sebagai bagian dari budaya populer di Indonesia.

“Cek khodam” merujuk pada praktik spiritual atau mistis di mana seseorang mencoba untuk mengetahui atau mengidentifikasi entitas gaib yang mungkin menyertainya melalui media sosial.

Fenomena ini tidak hanya menjadi topik pembicaraan di kalangan spiritualis dan praktisi okultisme, tetapi juga mendapat perhatian luas di media sosial dan platform digital lainnya.

Fenomena “cek khodam” yang marak terjadi melalui fitur live di TikTok menunjukkan bagaimana media sosial seperti TikTok telah menjadi platform utama untuk praktik-praktik spiritual yang kontroversial.

Praktik ini tidak hanya mencerminkan adaptasi dari tradisi lokal ke dalam konteks digital, tetapi juga memunculkan berbagai perdebatan tentang pengaruh dan dampaknya dalam masyarakat.

TikTok, sebagai salah satu platform media sosial yang paling populer di kalangan masyarakat Indonesia, menyediakan fitur live streaming yang memungkinkan pengguna untuk berbagi konten secara langsung dengan audiens mereka.

Praktik “cek khodam” menjadi fenomena yang menarik di TikTok karena kemudahan akses dan interaksi yang ditawarkan oleh fitur ini.

“Cek khodam” mencerminkan kompleksitas perpaduan antara tradisi spiritual lokal dengan media sosial dan teknologi digital.

Praktik ini tidak baru dalam konteks budaya Indonesia yang kaya akan warisan spiritual dan ritual.

Namun, dengan penetrasi internet yang luas, praktik ini telah bermetamorfosis menjadi bentuk baru yang saat ini berpusat di platform Tiktok.

Media sosial memainkan peran kunci dalam penyebaran dan popularitas “cek khodam”.

Konten-konten terkait seperti video tutorial, cerita pengalaman, dan diskusi-diskusi tentang “cek khodam” seringkali menjadi viral di platform-platform tersebut.

Para pengguna media sosial dapat dengan mudah mengakses informasi, berbagi pengalaman, dan bertanya kepada ‘praktisi’ yang terlibat dalam praktik tersebut.

Menurut sebuah studi oleh Anderson dkk, media sosial berperan signifikan dalam penyebaran dan pembentukan kepercayaan spiritual di kalangan pengguna muda.

Studi ini menemukan bahwa pengguna yang sering terpapar konten spiritual di media sosial cenderung memiliki keyakinan yang lebih kuat terhadap keberadaan entitas spiritual (Anderson dkk, 2022).

Namun, dalam menghadapi fenomena seperti “cek khodam” di TikTok, penting untuk mempertimbangkan implikasi etis terkait penggunaan media sosial untuk menyebarkan dan mempromosikan praktik-praktik spiritual.

Perlu ada kesadaran akan potensi penyalahgunaan atau manipulasi informasi yang dapat merugikan pengguna yang kurang berpengalaman atau rentan.

Hal ini juga relevan dengan teori efek terbatas yang menunjukkan bahwa media massa memiliki pengaruh yang terbatas terhadap perilaku individu, terutama ketika individu memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih kuat dalam konteks tertentu.

Namun, dalam konteks “cek khodam” di TikTok, pengaruh media massa dapat memperluas pengetahuan dan pemahaman masyarakat umum terhadap praktik spiritual ini, meskipun dampaknya dapat bervariasi dari individu ke individu.

Meskipun mendapat popularitas, fenomena “cek khodam” juga tidak luput dari kontroversi dan kritik.

Banyak kalangan menganggapnya sebagai bentuk penyalahgunaan terhadap spiritualitas, di mana praktik-praktik ini dapat dimanipulasi atau dieksploitasi untuk kepentingan komersial.

Selain itu, kebenaran ilmiah dari klaim-klaim yang terkait dengan “cek khodam” sering kali dipertanyakan.

Dalam konteks budaya lintas digital, “cek khodam” mencerminkan bagaimana tradisi lokal dapat beradaptasi oleh teknologi modern.

Hal ini mengangkat pertanyaan tentang bagaimana teknologi dan media sosial membentuk dan mempengaruhi persepsi serta praktik spiritual dalam masyarakat yang semakin terhubung ini?

Viralnya “cek khodam” di TikTok diproduksi oleh individu-individu yang mengklaim memiliki kemampuan spiritual atau pengetahuan khusus dalam hal ini.

Mereka menggunakan platform untuk membagikan pengalaman pribadi atau teknik tertentu yang mereka klaim dapat mengungkap kehadiran khodam atau entitas spiritual lainnya.

Konten ini sering kali disajikan dengan cara yang visual dan menarik, menggunakan editing yang kreatif untuk menambahkan elemen dramatis atau misterius yang meningkatkan ketertarikan pengguna.

Praktik “cek khodam”, yang semula adalah praktik spiritual atau metafisik yang serius, telah mengalami transformasi menjadi sebuah permainan atau tantangan di platform media sosial seperti TikTok.

Di sini, pengguna sering menampilkan proses “cek khodam” dengan gaya yang dramatis atau humoris, termasuk menggunakan efek suara atau visual untuk menambahkan unsur ketegangan atau keanehan yang diterima bervariasi oleh setiap individunya.

Melalui popularitasnya di TikTok, “cek khodam” menjadi lebih dikenal dan lebih diterima secara luas di kalangan pengguna muda.

Normalisasi ini mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap spiritualitas, membuat praktik-praktik ini lebih terbuka untuk dibahas dan dieksplorasi tanpa stigma yang kuat seperti sebelumnya.

Transformasi “cek khodam” menjadi permainan menimbulkan pertanyaan tentang etika dalam penggunaan media sosial untuk tujuan spiritual atau metafisik.

Hal ini memerlukan kewaspadaan terhadap batas-batas antara hiburan dan pengalaman spiritual yang autentik, serta tanggung jawab dalam menyajikan informasi yang akurat dan bermanfaat bagi pengguna.

Fenomena ini menggambarkan bagaimana budaya populer dan teknologi saling berinteraksi dalam membentuk pandangan dan perilaku masyarakat terhadap spiritualitas.

Ini juga mencerminkan bagaimana generasi muda menggunakan media sosial sebagai wadah untuk ekspresi diri dan eksplorasi identitas spiritual mereka.

Meskipun praktik “cek khodam” di media sosial dapat dilihat sebagai bentuk adaptasi budaya, penting juga untuk mempertimbangkan dampak psikologis dan sosialnya.

Kepercayaan terhadap khodam dan makhluk halus bisa memberikan pengaruh signifikan terhadap cara pandang seseorang terhadap kehidupan dan lingkungannya.

Bagi sebagian orang, kepercayaan terhadap khodam bisa memberikan rasa aman dan perlindungan.

Namun, bagi yang lain, hal ini bisa menimbulkan ketakutan dan kecemasan.

Di era digital, di mana informasi dapat dengan mudah diakses dan disebarkan, penting untuk memiliki pemahaman kritis terhadap konten yang dikonsumsi.

Selain itu, penyebaran praktik ini juga bisa memperkuat stereotip dan mitos yang mungkin tidak selalu didasarkan pada fakta atau bukti ilmiah.

Dalam konteks ini, media sosial bisa menjadi pedang bermata dua yang memperkuat kepercayaan budaya sambil juga berpotensi menyesatkan.

Indikasi maraknya ketertarikan pengguna Tiktok terhadap kemunculan ‘”cek khodam” adalah FOMO (Fear of Missing Out). Suatu fenomena psikologis di mana seseorang merasa takut ketinggalan sesuatu yang dianggap penting atau menarik oleh orang lain.

Dalam era media sosial, FOMO menjadi lebih menonjol karena pengguna terus-menerus terpapar dengan kehidupan dan kegiatan orang lain melalui berbagai platform.

TikTok, dengan sifatnya yang cepat dan interaktif, sangat efektif dalam memicu perasaan FOMO di kalangan penggunanya

Keikutsertaan pengguna Tiktok dalam praktik cek khodam mencerminkan dinamika kompleks antara FOMO dan kepercayaan spiritual.

Meskipun FOMO memainkan peran penting dalam mendorong pengguna untuk terlibat dalam tren ini, tidak dapat diabaikan bahwa ada juga pengguna yang memiliki minat dan kepercayaan yang tulus terhadap praktik spiritual ini.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana media sosial dapat menjadi jembatan antara tradisi lama dan teknologi modern, memungkinkan praktik spiritual untuk beradaptasi dan bertahan dalam konteks digital.

Penting bagi pengguna untuk memiliki kesadaran dan pemahaman yang mendalam tentang motivasi mereka sendiri ketika terlibat dalam praktik ini, serta untuk tetap kritis terhadap informasi dan konten yang mereka konsumsi di media sosial.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

Opini: Ketahanan Pangan 

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved