Cuaca
Mengenal Fenomena El Nino, Kondisi Ekstrem yang Bakal Landa Indonesia Tahun Ini
Para peneliti menyebutkan, kondisi kemarau kering tahun ini terjadi karena fenomena El Nino yang diprekdiksi menyebabkan rekor panas global pecah.
Penulis: Redaksi | Editor: Muh. Irham
TRIBUNTORAJA.COM - Tahun ini, musim kemarau di Indonesia diperkirakan lebih kering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Fenomena ini diperkirakan muai berlangsung pada bulan Agustus mendatang.
Para peneliti menyebutkan, kondisi kemarau kering tahun ini terjadi karena fenomena El Nino yang diprekdiksi menyebabkan rekor panas global pecah.
Kendati demikian, Ilmuwan dari Copernicus Climate Change Service Uni Eropa Carlo Buontempo belum bisa memastikan secara detail soal waktu kedatangan El Nino itu.
"Apakah ini akan terjadi pada tahun 2023 atau 2024 belum diketahui, tetapi, menurut saya, lebih mungkin terjadi daripada tidak," ujar dia, dikutip dari Reuters, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Kepala BMKG Dwikora Karnawati mengatakan, tahun ini fenomena cuaca di Indonesia kemungkinan bakal didominasi oleh El Nino.
Hal ini berbeda dibanding kondisi dua tahun terakhir dimana Indonesia mendapat efek La Nina yakni, musim kering yang lebih basah.
"Kita harus siap bahkan ada peluang menjadi El Nino lemah, meskipun lemah artinya ada pergerakan masa basah ke Asia Pasifik artinya kemarau lebih kering," kata Dwikorita.
BMKG telah memperkirakan bahwa hingga Juni atau Juli mendatang, curah hujan di Indonesia mulai mengalami penurunan dibanding tiga tahun terakhir.
Kendati demikian, Dwikorita menjelaskan, berdasarkan catatan sejarah fenomena El Nino di Indonesia, fenomena itu berlangsung pendek hingga Juni atau Agustus.
Dodo Gunawan, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, menambahkan El Nino lemah punya peluang 50 persen hadir pada Juni hingga Agustus.
"Dampak kekeringan ya. Ini curah hujan berkurang. Kita harus mengantisipasi kekeringan, tapi insyaallah enggak panjang, Oktober semoga sudah selesai," imbuhnya.
El Nino terjadi karena pemanasan Suhu Muka Air Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Pemanasan ini menyebabkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah sehingga mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.
Sementara, kebalikan El Nino adalah fenomena La Nina. Itu terjadi saat SML di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normal.
| Peringatan Dini Cuaca Minggu 26 Oktober 2025, Waspada Banjir dan Tanah Longsor |
|
|---|
| Cuaca Tana Toraja Sabtu 25 Oktober 2025, Waspada Mappak Hujan Deras |
|
|---|
| Cuaca Toraja Utara Sabtu 25 Oktober 2025: Hujan Ringan Sepanjang Hari |
|
|---|
| Cuaca Tana Toraja Jumat 24 Oktober 2025: Hujan Ringan Berpotensi Turun Merata Siang Hari |
|
|---|
| Cuaca Toraja Utara Jumat 24 Oktober 2025: Hujan Ringan Merata Siang Hari |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/toraja/foto/bank/originals/Fenomena-El-Nino.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.