Profil Lima Tokoh Sulsel Dipanggil Prabowo, Siap Masuk Kabinet 2024-2029

Prabowo mengatakan tokoh yang dipanggil merupakan calon menteri dan wakil menteri di pemerintahannya kelak bersama Gibran

Editor: Imam Wahyudi
Indonesia Papal Visit Committee
Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, mencium kening Paus Fransiskus. 

Sebelumnya ia menjabat sebagai anggota DPR-RI selama dua periode sejak 2014 hingga 2024. Ia mewakili daerah pemilihan Sulawesi Tengah. Supratman merupakan kader Partai Gerakan Indonesia Raya dan duduk di Komisi VI.

Ia adalah ayah dari Abcandra Muhammad Akbar Supratman, anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia periode 2024–2029 dari Sulawesi Tengah, yang juga menjabat Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

4. Anies Matta

Anis Matta duhulu dikenal sebagai politikus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat DPR pada 2009 sampai 2013.

Dikutip dari situs resmi, Anis Matta lahir di Welado, Bone, Sulawesi Selatan, pada 7 Desember 1968.

Anis menghabiskan masa kecil dan remaja di beberapa daerah di Indonesia Timur.

Dia menempuh sekolah dasar di SD Katolik Mathias I di Tual, Maluku Tenggara, lalu kembali ke Bone dan lulus dari SD Inpres Welado, Bone.

Setelah lulus SD, Anis lalu masuk pondok pesantren pada usia SMP-SMA di Pesantren Darul Arqam, Gombara, Makassar.

Anis kemudian melanjutkan pendidikan setelah mendapat beasiswa di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA), Jakarta.

Ia merampungkan sarjana jurusan syariah pada 1992.

Sambil kuliah, Anis mengikuti kursus bahasa Inggris di bilangan Salemba, Jakarta Pusat.

Selesai kuliah, Anis sempat menjadi dosen agama Islam di Program Ekstension Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok.

Salah satu aktivitas yang ditekuni Anis adalah berdakwah di masjid-masjid perkantoran di Jakarta.

Ia juga menekuni profesi sebagai pembicara dan konsultan pengembangan organisasi dan manajemen sumber daya manusia.

Anis kemudian terjun ke dunia politik pada 1998. Dia adalah salah satu pendiri Partai Keadilan (PK) yang dideklarasikan di Jakarta pada 20 Juli 1998.

Setelah pemilihan umum 1999, PK berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada 2 Juli 2003.

Anis menjadi sekretaris jenderal sejak partai berdiri hingga diangkat oleh Majelis Syuro PKS menjadi presiden partai pada 1 Februari 2013 sampai 10 Agustus 2015.

Anis terpilih menjadi anggota DPR periode 2004-2009 dan 2009-2014 dari daerah pemilihan Sulawesi Selatan I (Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, dan Kepulauan Selayar).

Pada periode keduanya di Senayan, Anis terpilih menjadi Wakil Ketua DPR RI hingga memutuskan mengundurkan diri pada saat diangkat menjadi Presiden PKS.

Anis diangkat menjadi presiden dalam situasi sulit. Pada 2013 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dalam kasus suap kuota impor daging sapi.

Selain itu, pada saat itu juga terdapat perselisihan di kalangan dalam PKS yakni antara mantan Ketua Majelis Syuro Hilmi Aminuddin dengan sejumlah tokoh senior PKS.

Ketika kasus itu menerpa PKS, Anis kemudian menggalang konsolidasi internal. Dia lantas mengubah jargon partai menjadi “Cinta. Kerja. Harmoni.”

Saat itu banyak pihak khawatir PKS tak bakal selamat di pemilihan umum (Pemilu) 2014. Namun, ternyata mereka masih bisa lolos ke parlemen.

Walaupun jumlah kursi turun karena dinamika sistem pemilu, tetapi angka suara pemilih naik sekitar 3,3 persen menjadi 8,48 juta suara.

Akan tetapi, karena konflik internal membuat PKS memutuskan memecat Anis dan salah satu sahabatnya, Fahri Hamzah.

Alhasil keduanya bekerja sama membangun Partai Gelora bersama dengan sejumlah mantan kader PKS yang memilih hengkang.

5. Dzulfikar Ahmad Tawalla

Dzulfikar Ahmad Tawalla putra Sulawesi Selatan pertama menjabat Ketua Umum Pimpinan Pusat atau PP Pemuda Muhammadiyah.

Pria kelahiran Sungguminasa 28 April 1987 itu terpilih dalam Muktamar Ke-18 Pemuda Muhammadiyah di Balikpapan pada 21-23 Februari 2023.

Dzulfikar Ahmad Tawalla memimpin PP Pemuda Muhamamdiyah masa bakti tiga tahun ke depan.

Ia terpilih dalam rapat formatur yang beranggotakan 13 orang.

13 formatur menyepakati memilih Dzul Fikar Ahmad Tawalla jadi ketua umum.

Awalnya Dzulfikar Ahmad Tawalla meraih suara terbanyak ketiga dalam pemilihan 13 Anggota PP Pemuda Muhammadiyah.

Dzulfikar Ahmad mengumpulkan 622 suara, di bawah Machendra Setyo Atmaja 643, dan Dedi Irawan 642 suara.

Namun dalam rapat 13 formatur, Machendra Setyo Atmaja dan Dedi Irawan tidak bersedia dipilih.

Formatur pun menetapkan Dzul Fikar Ahmad Tawalla sebagai Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Periode 2023-2027.

Dzulfikar Ahmad Tawalla adalah jebolan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pria kelahiran Sungguminasa, Gowa, 28 April 1987 itu menyelesaikan pendidikan sarjana pada prodi Pendidikan Matematika FKIP Unismuh Makassar.

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved