Perang Israel Palestina

Analisis Intelijen AS: Hamas Masih Kuat, Baru 20 Persen Pejuang yang Gugur

Salah satu kunci keberhasilan milisi Hamas bertahan dari bombardemen Israel adalah kemampuan mereka beradaptasi dalam beragam hal

Editor: Imam Wahyudi
tribunnews
Pejuang Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas, bersiap menunggu tentara Israel di sebuah terowongan di lingkungan Shujaya di Kota Gaza 

TRIBUNTORAJA.COM - Intelijen AS memperkirakan kelompok perlawanan Gaza masih memiliki cukup amunisi untuk terus meluncurkan roket ke Israel dan mempertahankan operasinya melawan pasukan Israel di Gaza selama beberapa bulan ke depan.

Salah satu kunci keberhasilan milisi Hamas bertahan dari bombardemen Israel adalah kemampuan mereka beradaptasi dalam beragam hal, termasuk strategi perang.

“Pejuang kelompok ini telah menyesuaikan taktik mereka, beroperasi dalam kelompok yang lebih kecil dan bersembunyi di antara penyergapan terhadap pasukan Israel. Sementara pejuang individu kemungkinan akan mengambil lebih banyak tugas untuk mengisi kekosongan dari rekan-rekan mereka yang tewas,” demikian laporan Wall Street Journal (WSJ) mengutip analisis kekuatan Hamas yang dilontarkan intelijen AS.

Sudah lebih dari 100 hari perang Israel dan Hamas berlangsung, Brigade Al-Qassam yang merupakan sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas, dilaporkan hanya kehilangan sekitar 20 hingga 30 persen kekuatan tempurnya.

"Jumlah korban Brigade Al Qassam tersebut sejauh ini masih jauh dari tujuan Israel untuk menghancurkan kelompok tersebut dan menunjukkan ketangguhannya setelah perang berbulan-bulan yang telah menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza,” tulis outlet berita tersebut pada tanggal 21 Januari.

Tarik Pasukan

Israel baru-baru ini mengurangi operasi darat di Jalur Gaza atas tekanan AS, dengan menarik sebagian pasukannya dari Gaza.

Pada hari Senin, Israel menarik Unit 36 dari Jalur Gaza. Divisi ke-36 beroperasi di lingkungan Al-Zaytoun, Al-Shati, Shujaiya, dan Al-Rimal di Kota Gaza, di utara.

“Pengurangan intensitas dan aktivitas tentara Israel di Jalur Gaza dan penarikan pasukan di Gaza adalah sebuah kesalahan,” kata Menteri Israel Gideon Saar pada 16 Januari.

“Kita perlu memutuskan untuk meningkatkan tekanan terhadap Hamas. Kita juga perlu memutuskan bahwa perubahan pada situasi pertempuran didasarkan pada kemajuan dan pencapaian tujuan, bukan pada jadwal.”

Para pejabat militer Israel sebelumnya sempat sesumbar bahwa kehadiran Hamas di Gaza utara telah dibubarkan.

Namun, kelompok tersebut terus menghadapi tentara Israel di beberapa wilayah utara, bahkan sering melakukan penyergapan.

Roket juga terus terbang keluar dari utara Gaza, menargetkan permukiman dan Kibbutzim di sekitar Jalur Gaza.

Hal ini terlepas dari kenyataan bahwa Israel terus-menerus mengklaim menargetkan infrastruktur militer Hamas.

“Dugaan pencapaian yang diumumkan musuh… merupakan ejekan bagi kami… akan tiba saatnya kami membuktikan klaim tersebut salah,” kata juru bicara Brigade Qassam Abu Obeida pada 14 Januari.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved