Guru Besar UKI Toraja

Begini Orasi Ilmiah Tiga Guru Besar UKI Toraja

Orasi Ilmiah ini sebagai salah satu bentuk pembuktian mereka berhak menyandang gelar Professor di bidang masing-masing.

Penulis: Muhammad Rifki | Editor: Apriani Landa
TribunToraja/Rifki
Guru Besar UKI Toraja memberikan orasi ilmiah, Jumat (17/11/2023). 

TRIBUNTORAJA.COM, MAKALE - Sebelum dikukuhkan dan menyandang gelar Professoer, tiga dosen UKI Toraja menyampaikan orasi ilmiah terlebih di hadapan tamu undagan, Jumat (17/11/2023).

Hal ini sebagai salah satu bentuk pembuktian mereka berhak menyandang gelar Professor di bidang masing-masing.

Ada tiga dosen yang dikukuhkan menjadi Guru Besar yaitu Prof Dr Anastasia Baan MPd dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Prof Dr Parea Rusan Rangan MT CST IPM dari Fakultas Teknik, dan Prof Dr Yusuf L Limbongan MP dari Fakultas Pertanian.

Dr Anastasia terlebih dahulu membacakan orasi ilmiah berjudul "Pemilihan Bahasa Dalam Wacana Komunikasi".

“Bagaimana kita melihat kondisi, konteks, siapa yang terlibat di dalam bertutur sehingga komunikasi itu efektif. Baik secara lisan, maupun secara tulis," ucapnya.

"Sehingga dengan adanya hasil penelitian yang seperti itu, saya berharap bahwa penelitian, interaksi yang ada di tengah-tengah masyarakat Indonesia, khususnya di Toraja itu bisa memperhatikan hal-hal yang mendukung komunikasi itu efektif,” tambah Anastasia

“Supaya tidak ada diskomunikasi dan Indonesia tetap aman. Karena hasil penelitian saya juga mengatakan bahwa, salah satu faktor yang bisa membuat orang itu berselisih paham itu karena bahasa. Sering adanya miskomunikasi antara penutur A dan penutu B, itu juga karena dilatarbelakangi pemahaman budaya, kebiasaan, konteks, yang tidak saling memahami, tidak saling mendukung,” tutur Prof Anastasia saat dijumpai usai pengukuhan.

Kemudian pembacaan orasi ilmiah dilanjutkan oleh Dr Parea dengan judul "Produksi Ramah Lingkungan Silika dan Alumina dari Abu Terbang, Abu Jerami, dan Tanah Laterit sebagai Pendekatan Berkelanjutan Sumber Daya dan Teknologi dalam Konstruksi Ramah Lingkungan".

“Ini judulnya beton geopolimer. Terkait bagaimana ke depan itu sumber daya lingkungan kita semakin terbatas itu semen suatu waktu ya, dan juga semen itu bisa membuat polusi karena emisi gas CO2,” urainya.

“Nah dengan produksi beton geopolimer ini bisa menggantikan semen, sehingga itu bisa selain ramah lingkungan, dia juga bisa menghemat biaya lebih efisian, dan juga hasilnya bahkan cukup bagus untuk menjadi alternatif bagi penggantian semen,” papar Prof Parea.

Dan terakhir, Prof Yusuf membacakan orasi ilmiah berjudul "Pemanfaatan Plasma Nutfah Lokal Padi Sawah untuk Perakitan Padi Tipe Baru Spesifik Ekosistem Dataran Tinggi".

“Orasi ilmiah saya tadi terkait dengan pemuliaan tanaman padi yaitu pengembangan padi tipe baru untuk spesifik ekosistem dataran tinggi. Nah dari orasi itu, kelihatan sekali bahwa yang akan dicapai dari penelitian-penelitian atau riset-riset itu adalah galur-galur yang bisa berproduksi secara maksimum di daearah ekosistem dataran tinggi, terutama di Tana Toraja maupun di Toraja Utara,” tuturnya.

“Selain itu juga dari segi rasa nasinya, kemudian umur yang relatif lebih pendek, sehingga kita bisa menanam padi lokal itu bisa sampai dua sampai tiga kali dalam setahun, yang dulunya itu hanya satu kali dalam setahun,” jelas Dr Yusuf.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved