Virus ASF Masuk Toraja

Diduga Virus AFS Menyebar di Tana Toraja dari Babi untuk Kegiatan Upacara Adat

Virus ASF ini masuk melalui ternak yang dibawa dari luar wilayah Kabupaten Tana Toraja untuk kegiatan upcara adat Rambu Tuka' dan Rambu Solo'.

Penulis: Muhammad Rifki | Editor: Apriani Landa
TribunToraja/Rifki
Kepala Bidang (Kabid) Peternakan Dinas Perikanan, Kelautan, Peternakan, Pertanian, dan Kehutanan (DPKPPK), Oktavianus Sonda. 

TRIBUNTORAJA.COM, MAKALE - Sampel ternak babi dari dua lembang di Tana Toraja dinyatakan positif African Swine Fever (ASF) alias flu babi Afrika.

Ini merupakan hasil uji laboratorium dari Balai Besar Veteriner Maros.

“Berdasarkan pengambilan sampel dan diteliti oleh Balai Besar Veteriner Maros dari empat lokasi berbeda di wilayah Kabupaten Tana Toraja, ditemukan babi yang positif ASF di dua lembang yaitu Lembang Buri' (Kecamatan Rembon) dan Lembang Ra'bung (Kecamatan Saluputti),” ujar Kepala Bidang (Kabid) Peternakan Dinas Perikanan, Kelautan, Peternakan, Pertanian, dan Kehutanan (DPKPPK), Oktavianus Sonda, kepada TribunToraja.com, Rabu (31/5/2023) siang.

Menurut investigasi, virus ASF ini masuk melalui ternak yang dibawa dari luar wilayah Kabupaten Tana Toraja untuk kegiatan upcara adat Rambu Tuka' dan Rambu Solo'.

“Kalau rata-rata memang asal mulanya dari ternak babi luar (Tana Toraja). Berdasarkan investigasi di dua lembang yang ditemukan positif ASF, memang pernah ada orang meninggal yang dipesta di situ (rambu solo')," ucap Oktavianus.

Biasanya, kalau ada pesta Rambu Solo, kerabat dan tamu datang membawa hewan kerbau dan dan babi. Yang datang membawa babi tidak hanya dari Tana Toraja tapi juga dari luar daerah, dari mana rumpun keluarha itu berasal.

"Artinya kan babi yang masuk untuk di pesta dibawa oleh orang dari berbagai tempat," tambah Oktavianus.

Selain itu, ucap Oktavianus, dugaan lainnya penyebaran virus ASF ini yaitu pemberian makanan sisa ke ternak babinya.

Virus ASF ini hanya menyerang babi dan tidak berbahaya untuk manusia. Namun penularannya dapat melalui sesama babi, hewan lainnya, dan manusia yang menjadi carrier virus.

Hingga saat ini, belum ditemukan vaksin untuk virus ASF dengan angka penularan sebesar 98 persen dan kematian 100 persen pada babi ini.

Satu-satunya cara untuk menurunkan risiko penularan virus ASF adalah dengan biosecurity atau keamanan biologi, yaitu dijauhkan dari sumber virus dan strerilisasi dengan menyemprotkan kandang pakai cairan disinfektan.

Diketahui, di Sulsel, virus ASF pertama kali ditemukan di penangkaran babi di Moncongloe, Kabupaten Gowa. Kemudian belakangan marak di Luwu Timur dan Luwu Utara.

Ancaman virus flu babi afrika atau African Swine Fever (ASF) ini memang makin mengkhawatirkan.

Di Sulsel, kematian ternak babi akibat virus ini mencapai angka 48 ribu. Itu data per Kamis (18/5/2023).

Dengan total populasi ternak babi di Sulawesi Selatan sekitar 952 ribu.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved