Manfaat dan Kandungan Pangi, Tanaman Serbaguna yang Munculkan Istilah 'Mabuk Kepayang'

Pada umumnya, masyarakat Toraja akan memadukan sayur pangi dengan pamarasan dengan daging babi, namun tidak sedikit juga yang dimasak dengan ikan...

Penulis: Muhammad Rifki | Editor: Donny Yosua
IST
Ilustrasi biji pangi atau biasa disebut "kluwak" yang digunakan dalam masakan khas Indonesia seperti rawon dan tollo' pamarrasan. 

TRIBUNTORAJA.COM - Buah pangi adalah salah satu makanan khas masyarakat Toraja.

Buah pangi merupakan jenis tanaman pangium edule, dimana hampir semua bagian dari tanaman ini memiliki kegunaan, mulai dari batang kayu, buah dan biji.

Meski beracun, buah pangi dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masakan.

Buah pangi ini di Indonesia lebih umum disebut keluek atau kluwek, kalau pangi terbuat dari buah yang di iris tipis lalu di keringkan, sedangkan bijinya dibuat menjadi pamarasan yang biasanya juga digunakan untuk masakan rawon.

Pada umumnya, masyarakat Toraja akan memadukan sayur pangi dengan pamarasan dengan daging babi, namun tidak sedikit juga yang dimasak dengan ikan atau belut sawah, nama makanan khas ini ialah pantollo pamarasan.

Pohon pangi sangat mudah ditemukan di toraja, namun meskipun demikian, proses pengerjaan sayur pangi dan pamarasan tidaklah sebentar dan mudah.

 

 

Kandungan dan Kegunaan Pangi

Mengutip Hello Sehat, pohon pangi dikenal juga sebagai pohon serba guna, karena hampir semua bagian tubuhnya bisa dimanfaatkan.

Mulai daun, buah, biji, batang, hingga kulit kayu.

Nutrisi yang terdapat dalam pangi di antaranya adalah zat besi, vitamin C, vitamin B1, fosfor, kalium dan kalsium. Namun hati-hati, kluwek juga mengandung asam sianida, sejenis racun yang dapat membahayakan kesehatan jika dikonsumsi secara langsung.

Pastinya, mengkonsumsi pangi berlebihan dapat membuat kita mabuk, mabuk kepayang.

Buah pangi dapat juga dimanfaatkan untuk menghasilkan minyak.

 

Baca juga: Resep Paru Rica, Sajian Tepat Untuk Makan Siang

 

Dikutip dalam jurnal Info Teknis Eboni (2015), berdasarkan penelitian yang dilakukan Ramdana Sari dan Suhartati dari Balai Penelitian Kehutanan Makassar, di daerah-daerah yang jarang terdapat pohon kelapa, seringkali minyak biji pangi digunakan sebagai pengganti minyak kelapa.

Hal ini dikarenakan, biji pangi mengandung minyak linoleat dan oleat cukup tinggi.

Minyak yang sering disebut minyak kepayang ini banyak digunakan untuk berbagai macam masakan.

“Minyak diperoleh dengan cara inti biji pangi dicincang halus dan diperas sampai keluar minyaknya. Biji pangi mengandung minyak atau lemak yang tinggi, dua kali lipat kandungan protein maupun karbohidratnya.”

Selain sebagai minyak, menurut mereka, buah pangi bisa dijadikan bahan pengawet.

 

ilustrasi daun pangi 752023
Selain bijinya, daun pangi juga dapat dimanfaatkan sebagai sayur. Umumnya masyarakat Sulawesi Utara memanfaatkan daun pangi untuk dimasak sebagai sayur.

Baca juga: Resep Ikan Gabus Tollo Pamarrasan, Rekomendasi Kuliner Akhir Pekan

 

Tujuannya, untuk menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba seperti bakteri, kapang atau khamir, agar makanan bertahan dalam waktu lama.

Juga, meningkatkan cita rasa, menjaga tekstur, dan mencegah perubahan warna makanan.

Pemanfaatan buah pangi sebagai bahan pengawet makanan mungkin kurang dikenal dan belum digunakan masyarakat secara luas.

Bijinya dapat digunakan sebagai pengawet karena mengandung bahan kimia beragam, seperti asam sianida, tanin dan senyawa lain.

Senyawa kimia ini efektif mengendalikan perkembangbiakan bakteri pada ikan dan daging, seperti bakteri Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus.

 

Baca juga: Ini Dia Manfaat Minum Susu Sebelum Tidur Bagi Anak

 

Dijelaskan keduanya, biji pangi merupakan alternatif bahan pengawet alami yang tidak berbahaya.

Hal ini diadopsi dari pengalaman sebagian masyarakat nelayan di Kecamatan Labuhan, Kabupaten Pandeglang, Banten, dalam membantu proses pengawetan ikan dan hasilnya sangat efektif, jika dibandingkan menggunakan formalin.

Proses pembuatannya pun sangat sederhana, tidak membutuhkan waktu lama.

“Cara pengolahan untuk bahan pengawet adalah buah yang telah masak diambil bijinya kemudian dibelah. Daging yang terdapat di dalam biji [endosperm] dicincang dan kemudian dijemur selama dua sampai tiga hari. Tekstur daging biji yang telah dijemur menjadi lebih keras dan padat,” tulis Ramdana Sari dan Suhartati.

Hasil cincangan tersebut dimasukkan ke dalam perut ikan yang telah dibersihkan isi perutnya.

 

Resep Ikan Gabus Tollo' Pamarrasan khas Toraja.
Salah satu hidangan khas Toraja yang menggunakan pangi: Ikan Gabus Tollo' Pamarrasan. (IST)

Baca juga: Manfaat Sarapan Sereal Bagi Kesehatan: Jaga Berat Badan hingga Kurangi Risiko Kanker

 

Efektivitas bahan pengawet pangi ini dapat digunakan selama enam hari.

Sedangkan untuk pengangkutan ikan jarak jauh, bahan pengawet ini ditambahkan garam dengan perbandingan 1 : 3 (1 bagian garam dengan 3 bagian bahan pengawet).

Bahan pengawet dari daging biji pangi dapat digunakan dengan cara melumurkan pada daging ikan kembung segar (Rastrelliger brachysoma).

Dengan cara ini, pengawetan ikan dapat bertahan enam hari tanpa mengubah mutunya.

Kesimpulan dari penelitian mereka adalah tumbuhan pangi dapat digolongkan sebagai jenis pohon serbaguna karena hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan, serta menghasilkan berbagai macam produk.

 

Baca juga: Jangan Anggap Sepele, Ini Lima Manfaat Rutin Mengkonsumsi Sayur Kangkung untuk Kesehatan

 

Dengan demikian, tumbuhan pangi memiliki peluang sangat baik sebagai komoditas untuk diversifikasi produk pangan.

Penelitian lainnya tentang pengolahan pangi diterbitkan di Jurnal Hutan dan Masyarakat berjudul “Pemanfaatan Tanaman Pangi (Pangium edule Reinw) pada Lahan Agroforestri Desa Watu Toa Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng”.

Dalam riset tersebut, dikatakan bahwa masyarakat di Desa Watu Toa memanfaatkan buah pangi dengan cara diolah dalam enam produk.

Sebut saja batang sebagai bahan konstruksi dan racun ikan (kulit), daun sebagai pestisida alami, obat (antiseptik), sayur (daun muda), buah atau biji pangi sebagai bahan makan yang dapat berupa kue, tempe, sayur ise’ pangi dan Lope’ pangi, serta bumbu masak (kluwak).

Buah pangi juga masuk dalam buku "100 Spesies Pohon Nusantara Target Konservasi Ex-Situ Taman Keanekaragaman Hayati" (2019) karya Hendra Gunawan dari Pusat Litbang Hutan – KLHK.

 

Baca juga: Sederet Manfaat Rutin Mengkonsumsi Tempe untuk Kesehatan, Bisa Turunkan Kolesterol

 

Dalam buku itu dijelaskan, buah pangi tumbuh liar di hutan hujan primer dan sekunder, serta banyak dijumpai di sepanjang sungai dengan topografi agak curam, dan umumnya pada ketinggian di bawah 300 mdpl atau kadang pada ketinggian 1000 mdpl.

Pangi berbuah sepanjang tahun mulai umur 15 tahun, dan buah masak pada September-Oktober, serta berbuah lebat di Oktober-Februari.

(*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved