Survei: 50 Persen Milenial Indonesia Punya Rumah Hasil Orangtua, Sebagian Terjebak Paylater

Ketidakseimbangan antara kenaikan gaji dan kenaikan harga rumah bukanlah satu-satunya penyebab ketidakmampuan generasi muda membeli rumah.

Penulis: Redaksi | Editor: Donny Yosua
Freepik
Ilustrasi perencanaan keuangan. 

Menurut Prita, jerat utang yang menimpa pengguna paylater, khususnya anak muda, terjadi karena mereka belum berpenghasilan, tetapi sudah mengambil paylater.

 

Baca juga: Ancaman Resesi Ekonomi 2023, Jusuf Kalla Tegur Sri Mulyani

 

Mereka biasanya mengambil pinjaman di luar batas kemampuan dan melakukan skema gali lubang, tutup lubang sehingga di saat utang yang satu belum lunas, mereka justru mengambil utang baru.

Candu belanja online yang dibarengi dengan minimnya literasi keuangan ini pun semakin memperburuk keadaan.

Untuk mengatasi situasi ini, Prita mengusulkan perlunya literasi terkait pengelolaan keuangan bagi anak muda.

Berdasarkan framework dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), ada tiga komponen utama dalam mengukur literasi keuangan, yaitu pengetahuan (knowledge), tingkah laku (behaviour), dan sikap (attitude).

Literasi keuangan dapat membentuk perilaku generasi muda agar tidak konsumtif saat berbelanja.

"Literasi keuangan yang tepat dapat membuat individu lebih cermat dalam mengelola keuangan dan mampu memilah pembelian barang atau jasa yang dibutuhkan," ujar Prita, dilansir dari laman resmi UI.

Dalam manajemen keuangan, anak muda bisa menggunakan sistem pemisahan rekening, misalnya untuk pos biaya hidup (50 persen) gunakan rekening tabungan, pos saving (30 persen) gunakan rekening investasi, dan pos gaya hidup (20 persen) gunakan dompet digital.

"Dengan begitu, keuangan lebih terkontrol dan perilaku konsumtif generasi mudah dapat menurun," pungkas Prita yang juga merupakan CEO @zapfinance.

(*)

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved