Gubernur Papua Murka dengar Ibu Hamil Meninggal Setelah Ditolak 4 Rumah Sakit
Ia menegaskan akan menjatuhkan sanksi berat kepada para pimpinan fasilitas kesehatan yang terbukti lalai.
TRIBUNTORAJA.COM - Tragedi memilukan kembali mengguncang Papua.
Irene Sokoy, ibu hamil dari Kampung Hobong, Distrik Sentani, Jayapura, menghembuskan napas terakhir bersama bayi yang dikandungnya, setelah ditolak oleh empat rumah sakit berbeda saat membutuhkan pertolongan darurat pada Senin (17/11/2025).
Kisah duka ini membuat Gubernur Papua, Mathius D. Fakhiri, naik pitam.
Ia menegaskan akan menjatuhkan sanksi berat kepada para pimpinan fasilitas kesehatan yang terbukti lalai.
“Ini Pelanggaran Undang-Undang! Tidak Ada Alasan Menolak Pasien!” kata Matius.
Mendengar laporan kematian Irene, Gubernur Mathius Fakhiri langsung meluapkan kemarahannya.
“Tidak boleh ada lagi penolakan pasien dalam kondisi apa pun! Ini amanat undang-undang. Siapa pun yang menolak, akan mendapat sanksi tegas!” tegasnya dengan nada keras.
Dalam kunjungannya ke rumah duka di Kampung Hobong, Matius Fakhiri mengatakan ia sangat kecewa melihat masih adanya fasilitas kesehatan yang menolak pasien gawat darurat karena itu sebuah tindakan yang menurutnya tidak manusiawi.
Fakhiri memastikan akan mencopot direktur RSUD Yowari dan RSUD Abepura, dua rumah sakit pemerintah yang pertama kali gagal memberikan layanan.
“Minggu depan saya pastikan dua direktur rumah sakit pemerintah saya copot. Tidak ada kompromi,” ujarnya.
Untuk rumah sakit non-pemerintah seperti RS Dian Harapan dan RS Bhayangkara, gubernur akan berkoordinasi dengan pimpinan instansi terkait untuk evaluasi menyeluruh.
Kronologi Kejadian
Irene mulai merintih kesakitan sekitar pukul 03.00 WIT.
Keluarga segera membawa Irene dengan speedboat menuju RSUD Yowari, berharap mendapat tindakan cepat.
Namun, rumah sakit tersebut menyatakan bayi berukuran besar dan hanya bisa dilahirkan melalui operasi.
Sayangnya, dokter kandungan satu-satunya sedang di luar kota sehingga Irene dirujuk ke rumah sakit lain.
Di RSUD Abepura, Irene ditolak dengan alasan ruang operasi sedang direnovasi.
Sedangkan RS Dian Harapan menyampaikan ruangan penuh dan tidak ada dokter anestesi.
RS Bhayangkara hanya menyediakan ruang VIP dengan biaya jutaan rupiah yang tidak mampu ditanggung keluarga.
Keluarga akhirnya membawa Irene ke RS Dok II Jayapura, tetapi takdir berkata lain.
Di tengah perjalanan, Irene dan bayi dalam kandungannya meninggal dunia.
Pihak RSUD Yowari menjelaskan kondisi Irene sangat berisiko dan membutuhkan operasi cepat, sementara dokter kandungan sedang tidak bertugas.
Karena itu pasien harus dirujuk.
RS Dian Harapan pun mengeluarkan pernyataan bahwa mereka telah memberi tahu jauh sebelum pasien dibawa bahwa operasi caesar darurat tidak bisa dilakukan karena tidak ada dokter dan ruangan penuh.
Namun, keluarga tetap merasa sistem kesehatan telah gagal total.
Gubernur menegaskan akan memanggil seluruh direktur rumah sakit, dinas kesehatan, dan pemerintah daerah untuk investigasi dan evaluasi besar-besaran.
“Layani dulu pasiennya. Jangan bicara soal ruang penuh atau biaya. Nyawa manusia tidak bisa diperdebatkan.”
Tragedi Irene Sokoy menjadi alarm keras bahwa perbaikan besar harus segera dilakukan.
Pemerintah Provinsi Papua berjanji memastikan kejadian serupa tidak akan terulang lagi.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Duduk Perkara Irene dan Bayinya Meninggal usai Dioper 4 RS di Jayapura, 2 Direktur Bakal Dicopot
| Rekomendasi Olahraga Ringan untuk Ibu Hamil saat Puasadi Bulan Ramadan |
|
|---|
| Ini Risiko Kesehatan Jika Konsumsi Durian Berlebihan, Bumil Wajib Pahami |
|
|---|
| Ibu Hamil dan Menyusui Kini Dapat Makan Bergizi Gratis di Posyandu |
|
|---|
| Ibu Hamil dan Menyusui Dapat Makan Bergizi Gratis |
|
|---|
| DP3AP2KB Toraja Utara Cegah Stunting dengan Edukasi Gizi Bagi Ibu Hamil |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/toraja/foto/bank/originals/irene-sokoy.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.