Dua Guru SMAN 1 Luwu Utara yang Batal Dipecat Disambut Bak Pahlawan

guru-guru yang tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sudah berkumpul

Editor: Imam Wahyudi
ist
BAGAI PAHLAWAN - Suasana saat ratusan guru anggota PGRI menunggu kedatangan Abdul Muis dan Rasnal. di Bandara Hasanuddin Makassar, Sabtu (15/11/2025). 

TRIBUNTORAJA.COM - Ratusan guru dari Kota Makassar dan Kabupaten Maros, Sulsel, memadati area kedatangan Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Sabtu (15/11/2025). 

Mereka datang khusus untuk menyambut kedatangan dua guru SMAN 1 Luwu Utara, Rasnal dan Abdul Muis, dari Jakarta, yang batal dipecat setelah Presiden Prabowo Subianto memberikan rehabilitasi.

Sejak pagi, guru-guru yang tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sudah berkumpul di terminal kedatangan.

Mereka mengenakan seragam hitam putih khas PGRI.

Suasana haru dan hangat begitu terasa.

Guru-guru berdiri berkelompok, berbincang, namun sesekali menoleh ke pintu kedatangan internasional dan domestik, menanti momen ketika Rasnal dan Abdul Muis keluar dari pintu terminal.

Kehadiran mereka menjadi simbol solidaritas yang luar biasa besar.

Rasnal dan Abdul Muis menjadi perhatian publik dalam sepekan terakhir setelah keduanya dijatuhi sanksi Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) berdasarkan putusan Mahkamah Agung (MA).

Mereka dinyatakan bersalah usai memungut Rp20 ribu dari peserta didik untuk membantu membayar gaji guru honorer yang tidak terbayarkan selama beberapa bulan, padahal pungutan itu disepakati orang tua murid.

Kasus ini memicu simpati luas.

Para guru menilai apa yang dilakukan keduanya adalah bentuk solidaritas untuk tenaga pendidik, untuk membayar gaji guru honorer yang tidak terdaftar di dapodik dan bukan tindakan memperkaya diri.

Situasi berubah setelah Presiden Prabowo Subianto turun tangan dan memberikan rehabilitasi, memulihkan kedudukan serta nama baik kedua guru tersebut.

Keputusan itu membuat sanksi PTDH secara otomatis gugur.

Bagi para guru yang hadir di bandara, Rasnal dan Abdul Muis bukan hanya rekan sesama pendidik,  tetapi simbol perjuangan dan keberanian di tengah peliknya dunia pendidikan.

“Kami datang bukan hanya menjemput, tapi menunjukkan bahwa guru tidak pernah sendiri,” ujar seorang anggota PGRI Makassar.

Sambutan meriah bak pahlawan pendidikan itu menjadi penanda betapa kuatnya solidaritas para guru, sekaligus harapan bahwa kehormatan profesi pendidik tetap dijaga.(renaldi)

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved