Tiga Tewas, 20 Hilang, Longsor Cilacap Kategori Tak Biasa
Namun yang membuat para ahli dan tim penyelamat terkejut, longsor ini tidak menunjukkan pola khas bencana serupa.
TRIBUNTORAJA.COM - Suasana tenang di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Cilacap, berubah kelam pada Kamis (13/11/2025) malam.
Sekitar pukul 19.00 WIB, warga dikejutkan suara gemuruh dari bukit.
Dalam hitungan detik, tebing setinggi 60 meter runtuh dan menyapu rumah-rumah hingga rata dengan tanah.
Tiga warga ditemukan tewas, sementara 20 lainnya masih hilang.
Namun yang membuat para ahli dan tim penyelamat terkejut, longsor ini tidak menunjukkan pola khas bencana serupa.
Material justru bergerak ke arah yang tidak lazim.
Kepala Basarnas Pos SAR Cilacap, M Abdullah, menjelaskan bahwa longsor meluncur sejauh 540 meter dari titik awal dan menimpa area seluas kurang lebih 32.000 meter persegi.
“Longsoran ini tidak mengikuti alur sungai seperti biasanya. Justru mengikuti jalur cekungan vegetasi alami. Bahkan ada titik genangan yang menunjukkan sungai dilewati longsoran,” ujar Abdullah, Jumat (14/11/2025).
Pola pergerakan yang tak lazim inilah yang membuat tim SAR menyebut longsor Cibeunying “tidak biasa”.
Evakuasi berlangsung dalam kondisi sangat menantang.
Untuk mencapai sektor A, tim harus menyeberangi sungai dengan kondisi tanah labil, sementara jalur alternatif berupa turunan tajam dari jalan raya membahayakan pengemudi alat berat.
“Tanah sangat labil, turunan curam, dan alat berat harus digeser dari sektor B ke sektor A. Semua pergerakan harus dihitung ulang,” kata Abdullah.
Kedalaman material longsor yang tebal membuat peluang korban tertimbun jauh lebih dalam, sehingga pencarian berjalan lambat.
Ahli Geologi Unsoed, Yogi Adi Prasetya, menyebut longsor di Cibeunying tergolong longsoran kompleks, perpaduan antara longsoran translasi yang berubah menjadi aliran puing (debris flow).
“Material tiba-tiba terfluidisasi dan justru mengikuti jalur cekungan, bukan sungai. Ciri-ciri ini mengarah pada longsoran bertingkat yang energinya sangat besar,” ungkap Yogi.
Menurutnya, kemiringan bukit, kondisi tanah labil, serta ketebalan deposit material menjadi faktor pemicu pergerakan besar yang tak biasa.
Karakteristik longsoran kompleks membuat pergerakan susulan diperkirakan masih mungkin terjadi selama musim hujan.
“Prioritas utama adalah keselamatan warga dan monitoring pergerakan lereng. Drainase darurat harus dibuat untuk mengurangi tekanan air tanah,” kata Yogi.
Ia meminta warga menjauhi zona luncuran hingga evaluasi geoteknik selesai.
Hingga Jumat siang, 20 warga dari Desa Cibuyut dan Tarukahan masih hilang.
Tiga korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
Akses sempit, medan curam, dan jalur yang tak memungkinkan alat berat masuk membuat pencarian sangat lambat.
Tim SAR gabungan terus menyisir area, berpacu dengan kondisi cuaca dan ancaman longsor susulan.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Bencana Longsor di Cilacap Tergolong Aneh, Material Tanah Bergerak Tidak Ikuti Aliran Sungai
| Longsor di Lembang Issong Kalua’ Toraja Utara, Persiapan Rambu Solo' Tertunda |
|
|---|
| Peringatan Dini Cuaca Minggu 26 Oktober 2025, Waspada Banjir dan Tanah Longsor |
|
|---|
| 2 Tahun Longsor di Marinding Dibiarkan, Warga Tana Toraja Bertaruh Nyawa Lewati Jalur Licin |
|
|---|
| Banjir Bandang dan Longsor Landa Pakistan, Tewaskan Lebih dari 300 Orang |
|
|---|
| Longsor di Enrekang, Bus dari Makassar Telat 6 Jam Masuk Makale Toraja |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/toraja/foto/bank/originals/longsee3.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.