Polemik Musolla di Patung Yesus

Warga Protes dan Minta Transparansi Pembangunan Musholla di Patung Yesus Memberkati Tana Toraja

Polemik pembangunan Musolla di kawasan wisata religi Buntu Burake, Tana Toraja, menuai protes warga. Peletakan batu pertama oleh Kapolres Tana Toraja.

|
Penulis: Freedy Samuel Tuerah | Editor: Donny Yosua
Tribun Toraja/HO
MASJID PATUNG YESUS - FKUB Tana Toraja pun menggelar pertemuan antara tokoh masyarakat, tokoh adat, dan perwakilan keluarga Aisyah di Kantor Lurah Buntu Burake pada Senin (9/6/2025). Hal ini dilakukan terkait polemik pembangunan musholla di wilayah wisata religi Patung Yesus Memberkati, Buntu Burake, Makale, Tana Toraja. 

TRIBUNTORAJA.COM, MAKALE – Warga Kelurahan Buntu Burake, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja, mendesak keterbukaan dan pelibatan publik dalam setiap pembangunan fasilitas umum, menyusul polemik pembangunan Musolla Aisyah di kawasan wisata religi Patung Yesus Memberkati, Buntu Burake.

Musolla yang dibangun di atas lahan milik keluarga Aisyah itu mendadak menuai sorotan lantaran tidak didahului sosialisasi kepada tokoh masyarakat dan warga setempat.

Kejutan itu makin meluas saat diketahui bahwa peletakan batu pertamanya dilakukan langsung oleh Kapolres Tana Toraja, AKBP Budi Hermawan, pada Minggu (8/6/2025).

 

 

“Saya tinggal di Buntu Burake juga kaget ada pembangunan Musolla. Tidak ada pemberitahuan ke tokoh masyarakat maupun pemerintah kelurahan,” ujar salah satu warga kepada Tribun Toraja.

Polemik kemudian berkembang di media sosial dan grup WhatsApp warga. Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Tana Toraja pun menginisiasi pertemuan antara tokoh masyarakat, tokoh adat, dan perwakilan keluarga Aisyah di Kantor Lurah Buntu Burake pada Senin (9/6/2025) untuk mencari jalan tengah.

Dari pertemuan itu, disepakati lima poin penting. Pertama, pihak keluarga mengakui pembangunan Musolla dilakukan tanpa sosialisasi.

 

Baca juga: Polemik Pembangunan Musolla di Wisata Religi Burake Tana Toraja, Masyarakat Protes Peran Kapolres

 

Kedua, pembangunan dihentikan sementara hingga ada keputusan berdasarkan prosedur hukum yang berlaku.

Ketiga, pihak keluarga akan membongkar bangunan yang telah berdiri.

Keempat, masyarakat mempertanyakan peran Kapolres dalam peletakan batu pertama tanpa koordinasi. Dan kelima, pemerintah kelurahan diminta cepat merespons untuk menjaga harmoni sosial.

 

Baca juga: Sebelum Meninggal di Makassar, Ustad Yahya Pernah Mati Suri Usai Khutbah di Masjid

 

Tokoh masyarakat Andarias Parapak menegaskan bahwa penolakan warga bukan bentuk intoleransi, tetapi soal penempatan yang kurang tepat.

“Wisata religi Buntu Burake sejak awal memang berkonsep Kristen-Katolik. Kami tidak menolak toleransi, tapi jika dilakukan sepihak, itu bukan bijak. Masjid sudah ada kok di sekitar sini, bahkan hanya 5-10 menit dari lokasi,” ungkapnya.

Ia menyebut Masjid To’ Kaluku dan beberapa masjid di Mandetek, Se’pon, hingga wilayah Kota Makale kerap menjadi tempat salat wisatawan Muslim yang berkunjung ke Burake.

 

Baca juga: Libur Lebaran Idul Fitri 2025: 26 Ribu Wisatawan Kunjungi Tana Toraja, Buntu Burake Jadi Favorit

 

“Masyarakat Muslim selama ini juga tetap diterima di sini. Tapi lokasi pembangunan Musolla ini menyentuh ranah yang sangat sensitif dan simbolik bagi masyarakat Kristen,” tambahnya.

Menurut Andarias, diskusi lanjutan akan terus digelar dengan melibatkan Pemkab Tana Toraja demi menjaga suasana tetap kondusif dan penuh penghormatan terhadap seluruh keyakinan.

“Kami akan mendorong agar pemerintah daerah mengambil peran aktif agar tidak ada kesalahpahaman lebih jauh. Ini bukan soal mayoritas atau minoritas, ini soal komunikasi dan keterbukaan,” tutupnya.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved