IHSG Merosot Tajam, Ekonom Sarankan Langkah Strategis untuk Tenangkan Pasar
Joshua juga menegaskan bahwa dampak pelemahan rupiah terhadap inflasi sekarang jauh lebih terkendali.
Penulis: Redaksi | Editor: Donny Yosua
TRIBUNTORAJA.COM, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam sebesar 9,19 persen dan dibuka pada level 5.912 setelah libur panjang Idulfitri, Selasa (8/4/2025).
Menanggapi anjloknya pasar, Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) segera mengaktifkan mekanisme trading halt guna menahan tekanan jual yang signifikan terhadap indeks.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah juga terdepresiasi sebanyak 24 poin atau sekitar 0,14 persen menjadi Rp16.846 per dolar Amerika Serikat, dari sebelumnya Rp16.822.
Pelemahan pasar saham dan nilai tukar rupiah ini diyakini terjadi akibat kepanikan investor menyusul kebijakan tarif impor timbal balik yang diterapkan oleh Amerika Serikat.
Kepala Ekonom Bank Permata, Joshua Pardede, mengungkapkan bahwa pemerintah serta otoritas keuangan perlu terus mengambil langkah-langkah strategis untuk meredam gejolak pasar, agar tidak meluas ke instrumen keuangan lainnya.
“Langkah-langkah stabilisasi seperti yang sudah dilakukan Bank Indonesia perlu terus dilanjutkan. Ini mencakup intervensi di pasar spot, pasar domestic non-deliverable forward (NDF), dan pasar Surat Berharga Negara (SBN),” ujar Joshua dalam tayangan Breaking News Kompas TV, Selasa.
Baca juga: IHSG Anjlok Tajam 8 Persen, BEI Revisi Aturan Auto Rejection dan Trading Halt
Ia menambahkan bahwa Bank Indonesia hingga kini masih mempertahankan suku bunga acuan di angka 5,75 persen, sesuai hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir pada Maret lalu.
Joshua juga menekankan pentingnya memperkuat kebijakan terkait Devisa Hasil Ekspor (DHE), serta pengelolaan aliran modal (capital flow management) untuk menjaga kestabilan cadangan devisa nasional.
Meski rupiah hampir menembus Rp17.000 per dolar, menurut Joshua, situasi saat ini tidak bisa disamakan dengan krisis ekonomi 1998, ketika nilai tukar anjlok dari Rp4.000 ke Rp16.000 per dolar—terjadi depresiasi hingga 400 persen dalam satu tahun.
Baca juga: IHSG Anjlok 11 Persen ke Angka 5.700, Ini Penjelasan BEI
Ia menjelaskan bahwa sejak akhir 2024, posisi rupiah memang sudah berada di kisaran Rp16.000, sehingga pelemahan terbaru tidak bersifat mendadak.
Selain itu, komposisi utang luar negeri pemerintah juga jauh lebih sehat dibandingkan periode krisis 1997-1998.
“Kalau dulu sebagian besar utang luar negeri kita bersifat jangka pendek. Saat ini, proporsi utang jangka pendek sangat kecil dan mayoritas terdiri dari utang berjangka panjang,” jelasnya.
Baca juga: IHSG Anjlok Jelang Pengumuman Struktur Danantara, Analis: Dampaknya Sudah Terasa Sejak Pengesahan
Joshua juga menegaskan bahwa dampak pelemahan rupiah terhadap inflasi sekarang jauh lebih terkendali.
Pada 1998, inflasi melonjak drastis, sedangkan saat ini proyeksinya masih berada dalam rentang target Bank Indonesia.
“Meski ada perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tekanan terhadap daya beli, bila kita bandingkan fundamental ekonomi saat ini dengan masa krisis dulu, seharusnya kita bisa tetap optimis tanpa perlu panik berlebihan,” tutup Joshua.
(*)
IHSG Terjun ke Level 7.025, Saham Perbankan Jadi Biang Kerok |
![]() |
---|
IHSG Tembus 7.214, Rupiah Menguat ke Angka Rp16.217 per Dolar AS |
![]() |
---|
IHSG Anjlok Tajam 8 Persen, BEI Revisi Aturan Auto Rejection dan Trading Halt |
![]() |
---|
IHSG Anjlok 11 Persen ke Angka 5.700, Ini Penjelasan BEI |
![]() |
---|
Ajak Anak Kenali Konsep Investasi dan Pengelolaan Keuangan Lewat THR Lebaran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.