Google Jadikan Rendang Sebagai Doodle Hari Ini, Berikut Filosofinya

Google Doodle memperingati acara memasak rendang daring terbesar sepanjang masa pada 2021 yang diikuti 2.814 peserta dari semua benua.

Penulis: Redaksi | Editor: Apriani Landa
tangkapan layar Google
Google menampilkan Rendang di halaman utama hari ini, Rabu (21/8/2024). 

TRIBUNTORAJA.COM - Rendang muncul sebagai Google Doodle hari ini, Rabu (21/8/2024).

Halaman utama Google menampilkan masakan khas Minangkabau, Sumatera Barat, dengan tema "Merayakan Rendang".

Rendang secara resmi diakui sebagai hidangan nasional Indonesia dan ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. 

Google Doodle memperingati acara memasak rendang daring terbesar sepanjang masa pada 2021. 

Acara tersebut digelar oleh Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi, dan memecahkan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). 

Acara tersebut diikuti oleh diikuti 2.814 peserta dari Asia, Amerika, Afrika, Australia, dan Eropa. 

Pada 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan rendang sebagai hidangan nasional Indonesia dan warisan budaya takbenda. 

Sejarah Rendang Nama rendang berasal dari bahasa Minang, "randang", yang merujuk pada teknik memasak bernama marandang. 

Makanan yang dimasak dengan teknik marandang akan diolah dengan cara mengaduk masakan dalam waktu yang lama hingga masakan menjadi kering. 

Rendang merupakan hasil akulturasi budaya yang masuk ke Minang, yaitu kari dari India. 

Ahli antropologi Universitas Andalas, Yevita Nurti, mengatakan, sajian khas Minangkabau memang punya banyak pengaruh dari India dan Pakistan dari segi bumbu, dikutip dari Kompas.com, Kamis (6/1/2024). 

Bumbu masakan rendang yang ada kemudian mulai menyebar dan dimodifikasi oleh masyarakat Minang. 

Bagi orang Minang, rendang bukan hanya sekadar masakan, tetapi juga berkaitan dengan budaya marantau (merantau), serta budaya pandai besi. 

Karena dikenal sering merantau, orang Minang akan membawa bekal rendang, karena awet dan tahan lama. 

Terkait budaya pandai besi, alat yang digunakan untuk memasak rendang menandakan masyarakat Minang sudah bisa pandai besi sejak dulu. 

Sebelum adanya kompor, masyarakat Minang akan memasak rendang menggunakan tungku yang dapat menyebarkan panas merata melalui kuali. 

Filosofi Rendang 

Lebih lanjut, Yevi menuturkan, rendang memiliki filosofi yang cukup dalam. 

Pembuatan rendang yang lama memuat makna bahwa setiap orang Minang harus sabar, bijaksana, dan menghargai proses. Selain itu, bahan utama pembuatan rendang, yakni daging sapi, kelapa dan cabai juga memiliki maknanya masing-masing. 

Daging sapi melambangkan niniak mamak, yakni sebagai pemimpin suku adat. Kelapa melambangkan cadiak pandai atau disebut sebagai kaum intelektual dari Minang. 

Cabai sendiri melambangkan para alim ulama dari Minang yang memiliki sikap tegas, dilansir dari Kompas.com, Sabtu (6/1/2022). 

Apabila digabungkan, ketiga unsur tersebut beririsan dengan tiga tokoh adat penting di Minangkabau yang sering disebut tungku tigo sajarangan. 

Selain itu, rendang menjadi makanan wajib setiap acara adat, seperti acara pernikahan, pemilihan penghulu (batagak panghulu), dan sebagainya. 

"Kalau yang namanya rendang itu pasti harus ada, dan itu dibuat bersama-sama. Kalau tidak ada rendang, biasanya para kaum tetua akan mempertanyakan," terang Yevi. 

Untuk membuat masakan rendang yang banyak, ada tim khusus yang dijuluki sebagai tim delapan. 

Tim ini akan mengurus keperluan memasak rendang. Namun khusus untuk acara pernikahan, tim delapan akan memasak rendang dulu dari tujuh hari sebelum acara dimulai. 

Sejarah

Asal usul rendang berawal dari abad ke-16. 

Meskipun orang Minangkabau meminjam teknik kari seperti menggunakan banyak rempah-rempah dan santan, mereka memasak hidangan tersebut lebih lama hingga mengental, sehingga kuahnya tidak terlalu kental. 

Antara migrasi dan perdagangan yang berkembang pesat di Asia Tenggara, rendang menjadi populer di negara-negara lain seperti Malaysia dan Singapura. 

Berbagai budaya juga telah memberikan sentuhan mereka pada hidangan klasik ini. 

Misalnya, Filipina menggunakan rempah-rempah asli yang dicampur dengan palapa dan menambahkan gula muscovado.

(*)

Sebagian Artikel tayang di Kompas.com.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved