Israel-Hizbullah Diambang Perang Besar, Warga Lebanon Sedih Harus Meninggalkan Negaranya

Amerika Serikat (AS) telah mendesak warganya yang ingin meninggalkan Lebanon untuk memesan tiket apapun yang tersedia

Editor: Imam Wahyudi
tribunnews
Bandara Beirut di ibukota Lebanon. Belasan mengeluarkan travel warning atau larangan bagi warga negaranya bepergian ke Lebanon di tengah adanya peningkatan ketegangan antara Israel dengan Hizbullah. 

TRIBUNTORAJA.COM - Kesibukan bercampur kepanikan terlihat di ruang keberangkatan bandara Beirut, Lebanon.

Ribuan orang Lebanon yang tinggal di luar negeri dan pulang ke negaranya untuk menjenguk keluarganya pada musim panas, serta warga negara asing, antre untuk check-in.

Mereka ingin meninggalkan negara itu sesegara mungkin menyusul makin memanasnya situasi di kawasan Timur Tengah seusai terbunuhnya pimpinan Hamas, Ismail Haniyeh.

Warga Lebanon sedih karena harus berangkat lebih awal dari yang diperkirakan.

Perancis, Inggris, Italia, Turki dan negara-negara lain telah mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon selama penerbangan komersial masih tersedia.

“Sungguh menyedihkan, ya Tuhan, situasinya sungguh menyedihkan. Kita keluar dari krisis, kita masuk ke krisis yang lain,” kata Sherin Malah, seorang warga Lebanon yang tinggal di Italia yang datang ke Lebanon untuk mengunjungi ibu dan putrinya harus pulang lebih awal dikutip dari Reuters, Senin (5/8/2024).

Amerika Serikat (AS) telah mendesak warganya yang ingin meninggalkan Lebanon untuk memesan tiket apapun yang tersedia, sementara PBB telah meminta keluarga stafnya untuk meninggalkan Lebanon sementara Kedutaan Besar Swedia untuk sementara merelokasi stafnya ke Siprus.

Namun negara lain di Lebanon tampak lebih santai.

Di sepanjang garis pantai berpasir di kota pelabuhan Tirus di Lebanon, sekitar 20 km (12 mil) dari perbatasan dengan Israel, anak-anak asyik bermain air ketika gumpalan asap hitam dari penembakan Israel di selatan membubung dari perbukitan di belakang mereka.

“Mengenai situasi saat ini, seperti yang Anda lihat, semua orang berada di tepi pantai, tanah ini adalah tanah kami, dan kami tidak akan meninggalkannya,” kata Ghalib Badawy, warga Tire.

Beberapa negara pun was was terjadinya perang antara Hizbullah dan Israel di Lebanon.

Beberapa negara mulai memperingatkan warga negaranya untuk keluar dari Lebanon.

Terbaru negara yang mengeluarkan peringatan kepada warga negaranya untuk keluar dari Lebanon adalah Prancis dan Italia.

Dalam dua peringatan perjalanan terpisah, Kementerian Luar Negeri Perancis merekomendasikan warga negara yang tinggal di Iran untuk sementara waktu meninggalkan negara tersebut mengingat risiko penutupan wilayah udaranya.

Kementerian telah mendesak warga yang bepergian di Iran untuk meninggalkan negaranya pada hari Jumat.

Kementerian juga meminta warganya di Lebanon, terutama mereka yang melakukan perjalanan ke sana, untuk memanfaatkan fakta bahwa masih ada penerbangan komersial yang tersedia untuk berangkat.

Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani on X mendesak warga Italia yang sementara berada di Lebanon untuk tidak melakukan perjalanan sama sekali ke wilayah selatan negara itu dan kembali ke Italia sesegera mungkin dengan penerbangan komersial, "mengingat situasi yang memburuk".

“Kami juga mengimbau wisatawan Italia untuk tidak melakukan perjalanan ke Lebanon,” tambahnya.

Air France mengatakan pada hari Sabtu bahwa pihaknya dan afiliasinya Transavia memperpanjang penangguhan penerbangan antara Paris dan Beirut hingga setidaknya 6 Agustus.

 

Kedutaan Besar RI di Beirut mengimbau WNI di Lebanon Selatan untuk keluar dari Lebanon selama penerbangan komersil masih ada.

KBRI juga meminta WNI yang ada di Lebanon selatan segera berlindung di KBRI Beirut.

"Dengan pertimbangan buruknya kondisi keamanan di Lebanon Selatan (Saida, Hasbaya, Nabatieh, Marjeyoun, Tyre dan Aitaroun), telah ditetapkan Status Siaga I di wilayah tersebut sejak Oktober 2023. Dalam kaitan ini, kami mengimbau seluruh WNI di Lebanon Selatan untuk berlindung di KBRI Beirut (safe house)," tulis KBRI di Beirut dalam keterangannya, Kamis (1/8/2024).

"Dan (WNI) mempertimbangkan untuk dapat keluar dari Lebanon untuk sementara waktu secara mandiri selama layanan penerbangan komersial masih tersedia," sambung KBRI.

KBRI Beirut juga meminta WNI untuk menunda perjalanan ke Lebanon.

WNI di Lebanon sendiri berjumlah 203 orang serta 1.232 personel TNI yang bertugas di United Nations Interim Force In Lebanon (UNIFIL).

"Kami juga mengimbau Warga Negara Indonesia yang memiliki rencana untuk melakukan perjalanan ke Lebanon untuk menunda perjalanan hingga kondisi keamanan telah membaik," tuturnya.

KBRI mengingatkan para WNI di Lebanon untuk menghindari kawasan yang rawan, menyimpan barang dan dokumen berharga pada tempat yang aman, terus mencermati dan bersikap waspada atas perkembangan situasi keamanan setempat.

Jika sedang bepergian, para WNI diharapkan menjaga barang berharga seperti paspor, dompet, dan handphone dengan baik.

Kemudian, segera cari tempat berlindung dan hubungi 112 bila dalam keadaan darurat.

"Bagi WNI yang membutuhkan bantuan, agar dapat segera menghubungi Hotline KBRI Beirut melalui telepon maupun WhatsApp pada nomor +961 70817310," lanjutnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Antrean Penumpang Berebut ke Luar Lebanon Terjadi di Bandara Beirut, Warga: Sungguh Sedih, Ya Tuhan 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved