In Memoriam Ustad Jafar: Intel Bahasa Arab dan 'Macan Kampus' Pesantren MAPK Ujungpandang
Sebelum jadi dosen tetap di IAIN Bone, almarhum pernah menjabat Kepala Kantor Kementerian Agama di Barru dan Enrekang.
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Apriani Landa
Selama satu dekade, dia menegakkan wibawa asrama dan madrasah rasa pesantren rintisan Prof Dr H Munawir Sjadzali (1925 – 23 Juli 2004; Menteri Agama RI Kabinet Pembangunan III dan IV (1978-1993).
Di angkatan dekade pertama MAPK Ujungpandang, Ustad Djafar adalah "momok menakutkan" bagi mereka yang malas berbahasa arab dan Inggris di kawasan kampus.
Tahun 1990, saat saya jadi santri baru di kampus itu, diberlakukan aturan " jazus lugah", intel bahasa.
Santri yang kedapatan berbahasa non Arab dan Inggris dikenakan denda, bersih-bersih asrama, kelas, hukuman cubit, bahkan jika terus berulang akan tinggal kelas, dan dikeluarkan dari sekolah.
Jazus dipilih bergilir dari santri-santri pilihan, dan melapor ke beberapq ustad pengawas, dan selanjutnya masuk ke meja Ustad Djafar.
Dan, Ustad Djafar adalah komandan utama jazuz lugah itu.
Jujur saya tak permah jadi jazuz lugah Arab, tapi beberapa kali jadi jazuz English Language.
Saat jadi santri baru, tiga angkatan senior kami, berbisik-bisik soal julukan Ustad Djafar; "Macan Kampus."
Nama alias ini, merujuk sosok penegak wibawa asrama.
Tegas, disiplin, jarang bicara, lebih banyak "menerkam".
Sebagai pembina utama kampus, tugas utamanya menegakkan aturan asrama.
Mulai ketepatan waktu jamaah, kehadiran pengajian ba'da Subuh, Magrib, Isya dan Ashar, hingga pelanggaran berat seperti tinggalkan asrama, "rampez", ketiduran di waktu sholat subuh dan azar, hingga urusan pacar santri.
Rampez adalah istilah bagi santri perokok. Mereka yang kedapatan merokok, maka Ustad Djafar jadi tukang jagal, juri penghukum.
Kebetulan, kamar saya dan 5 teman lain diapit dua kamar pembina; Ustad Mujahid dan Ustad Djafar.
Bayangkan, betapa ngerinya berdampingan dengan kamar "Macan Kampus".
Pernah suatu hari, saat saya baru naik kelas II MAPK, tak sengaja kuintip Ustad Djafar geleng-geleng kepala, suatu sore, saat menemukan puntung rokok dan remah tembakau di kantong baju seorang santri.
Keesokan harinya, santri itu dipanggil ke ruangan guru, dan pulang dengan tangis. "Saya berhenti dulu ma'rampes".
Bagi kami di enam angkatan pertama MAPK, nyaris semua santri punya kenangan dan cerita bersama Ustad Djafar.
Di hari pertama jadi santri, Juli 1990, dua jam selepas Isya, saya sudah kedapatan jalan bersama beberapa senior dari almamater pesantren tsanawiyah DDI Mangkoso di jalan utama asrama.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/toraja/foto/bank/originals/01072024_-Ustad_Jafar.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.