WHO: Lebih dari Setengah Penduduk Dunia Berisiko Tinggi Terjangkit Campak pada 2024

Komplikasi dari campak termasuk kebutaan, ensefalitis, diare parah, dan masalah pernapasan termasuk pneumonia.

Penulis: Redaksi | Editor: Donny Yosua
TribunToraja/Rifki
ILUSTRASI IMUNISASI - WHO mengeluarkan peringatan bahwa lebih dari 50 persen penduduk dunia berisiko tinggi terkena wabah campak hingga akhir tahun 2024 

TRIBUNTORAJA.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan bahwa lebih dari 50 persen penduduk dunia berisiko tinggi terkena wabah campak hingga akhir tahun 2024.

Menurut WHO, kasus penyakit yang sangat menular ini telah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir di berbagai wilayah dunia.

Penyebabnya adalah kurangnya vaksinasi campak yang diperlukan untuk mencegah penyakit ini, terutama selama masa pandemi Covid-19.

 

 

Saat ini, cakupan vaksinasi global untuk campak hanya mencapai 83 persen, masih di bawah angka 95 persen yang dibutuhkan untuk memberantas penyakit ini.

WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2024, sekitar 142 juta anak rentan terinfeksi campak, sebagian besar dari negara-negara berpenghasilan rendah atau menengah.

Natasha Crowcroft, penasihat teknis senior pada program imunisasi campak dan rubella di WHO, menyampaikan kekhawatiran tersebut dalam konferensi pers di Jenewa pada Rabu (21/2/2024), seperti yang dilaporkan oleh The Telegraph.

 

Baca juga: Kasus Covid Naik, Dinkes Toraja Utara Pastikan Stok Vaksin Tersedia

 

Berdasarkan data WHO, kasus campak yang terkonfirmasi melonjak menjadi 300.000 pada tahun 2023, meningkat 79 persen dari tahun sebelumnya.

Wabah campak baru-baru ini telah dilaporkan di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika, Australia, Afrika, Asia Tengah, dan Eropa, dengan jumlah infeksi pada dua bulan pertama tahun 2024 meningkat 44 kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan melalui Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Siti Nadia Tarmizi, menyatakan bahwa belum ada laporan mengenai lonjakan kasus campak.

 

Baca juga: Pemberian Vaksinasi Rotavirus dan HPV, Theofilus Allorerung: Pangkas Biaya Kesehatan

 

"Sampai saat ini belum ada laporan peningkatan kasus campak. Datanya dapat dilihat di website surveilans campak," ujarnya seperti dilaporkan oleh Kompas.com pada 26 Januari 2024 lalu.

Nadia menekankan pentingnya vaksinasi untuk pencegahan campak dan mengimbau masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi.

Gejala campak biasanya muncul 10 hingga 14 hari setelah terpapar virus dan meliputi ruam yang menonjol, mawar merah, batuk, mata merah dan berair, serta bintik putih kecil di dalam pipi.

 

Baca juga: 6.000 Dosis Vaksin Rabies untuk Tana Toraja dan Toraja Utara

 

Komplikasi dari campak termasuk kebutaan, ensefalitis, diare parah, dan masalah pernapasan termasuk pneumonia.

Pada tahun 2022, setidaknya 130.000 orang diduga meninggal karena campak menurut pemodelan WHO, dan jumlah kematian diperkirakan akan jauh lebih tinggi pada tahun 2024 seiring dengan meningkatnya infeksi.

“Pada tahun 2024, kematian akibat campak tidak dapat diterima. Kita mempunyai vaksin aman yang sangat efektif yang dapat mencegah kematian akibat campak di mana pun,” ucap Crowcroft.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved