Tribun HIS
Perjuangan 3 Wanita PPS Rindingallo Antar Logistik, Lewati Sawah dan Hutan
Rindingallo merupakan salah satu daerah pemerintahan yang berada di wilayah pengunungan Sesean, Toraja Utara.
Penulis: Freedy Samuel Tuerah | Editor: Apriani Landa
TRIBUNTORAJA.COM, RANTEPAO - "Mendaki gunung lewati lembah. Sungai mengalir indah ke samudra. Bersama teman bertualang....
Itulah penggalan lagu "Ninja Hatori" yang cocok untuk menggambarkan perjuangan tiga wanita yang merupakan petugas Panitia Pemungutan Suara (PPS) Pemilu 2024 Kecamatan Rindingallo, Toraja Utara, Sulawesi Selatan.
Kecamatan Rindingallo berjarak sekitar 30 km dari Kota Rantepao, ibukota Toraja Utara.
Dari pusat Kota Rantepao menuju kewilayah tersebut dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan roda empat selama 1 jam 15 menit.
Rindingallo merupakan salah satu daerah pemerintahan yang berada di wilayah pengunungan Sesean, Toraja Utara.
Masih banyak hutan dan juga sawah dengan metode terasering yang membentang.
Akses poros ke pusat Kecamatan Rindingallo sudah memadai, namun pengendara harus hati-hati karena wilayah tersebut rawan longsor jika hujan melanda.
Untuk menjangkau beberapa lembang atau desa di wilayah Rindingallo, akses jalan sudah mulai menguji kesabaran.
Bahkan, beberapa titik harus dilalui dengan jalan kaki, bukan di jalan yang luas tapi lewati hutan dan juga pematang sawah.
Salah satunya adalah Lembang Ampang Batu.
Itulah yang dirasakan tiga petugas PPS Lembang Ampang Batu di Rindingallo. Mereka adalah Mince Kaso', Mery, Zetry.
Ketiga petugas PPS Rindingallo ini berprofesi sebagai guru dan bidan.
Mince Kaso' bertugas sebagai Ketua PPS Rindingallo, ia juga pernah bertugas menjadi PPS pada Pemilu 2019 lalu, termasuk Mery dan Zetry.
Saat itu, mereka harus membawa logistik ke Lembang Ampang Batu. Di lembang ini terdapat 4 dusun. Nah, dari 4 dusun ini, ada dua yang tidak bisa dijangkau oleh kendaraan. Sementara ada logistik yang harus dibawa ke sana.
Untuk menjangkau TPS di daerah tersebut, petugas harus melewati hutan dan sawah warga.
Memang, mereka dikawal aparat dari kepolisian dan TNI, tapi sesui SOP mereka tidak boleh menyentuh logistik tersebut kecuali dalam kondisi darurat.
Selain itu, mereka juga ditemani Ketua PPK Kecamatan Rindingallo, atas nama, Dominggus.
Al hasil ketiga wanita pejuang ini berinisiatif membuat tandu darurat agar bisa membawa logistik tersebut dengan aman.
Mereka membuat tandu menggunaka sarung dan ditopang kayu. Ini cukup memudahkan membawa logistik.
Satu logistik dibopong oleh Dominggus.
Mereka cukup hati-hati membawa logistik tersebut, apalagi saat melewati pematang sawah yang terbilang licin akibat hujan terus turun.
"Walau berat tapi harus dilalui," kata Mince.
Ia mengatakan bahwa sudah biasa dengan perjalanan seperti itu. Aktivitasnya sehari-hari dan kondisi alam daerahnya membuatnya akrab dengan suasana jalanan seperti itu.
Perjuangan mereka tidak hanya sampai di situ. Tiba di lokasi, mereka terpaksa harus menginap di sebuah sekolah untuk menjaga logistik.
Mereka rela begadang demi mendampingi petugas KPPS setempat hingga selesai bertugas, mereka menyerahkan form C salinan dari kecamatan.
Rabu (14/2/2024) pagi, sekitarpukul 06.00 wita, mereka baru menyerahkan logistik tersebut ke KPPS setempat, sejam sebelum TPS buka untuk menerima warga yang akan mencoblos.
"Apapun halangan dalam mengawal Pemilu 2024, tetap harus semangat," kata Mince.
"Tetap ini namanya bertugas menjalani tanggung jawab harus total dalam melaksanakan. Semoga dilain kesempatan bisa terjun lagi menjadi penyelenggara," tutupnya.
(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/toraja/foto/bank/originals/18022024_bawa_logistik.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.