Kisah Pahlawan

Kisah Perjuangan Pong Tiku, Pahlawan Gigih dari Pangala yang Ditembak Mati di Tepi Sungai Sa'dan

Saat terjadi konflik bersenjata yang melibatkan Pangala dan daerah Baruppu, ia mengambil alih kepemimpinan pasukan dari ayahnya

Editor: Muh. Irham
ist
Pahlawan asal Tana Toraja, Pong Tiku 

Masih di tahun yang sama, tepatnya di awal Juni 1906, kegagalan kembali diterima Belanda ketika melakukan penyerangan terhadap benteng Buntuasu.

Dua kegagalan itu membuat Belanda menambah jumlah pasukan dan persenjataannya. Blokade pun dilakukan untuk mencegah masuknya logistik terutama air ke dalam benteng-benteng Pong Tiku.

Untuk menahan serangan Belanda, kondisi alam di daerah Toraja yang berbukit-bukit pun ikut dimanfaatkan pasukan Pong Tiku. Batu-batu berukuran besar digelindingkan bila pasukan Belanda berusaha memanjat bukit-bukit karang menuju benteng.

Air cabaipun digunakan untuk menghalau pasukan Belanda yang berhasil mendekati dinding benteng. Akan tetapi, Belanda yang berbekal peralatan perang yang jauh lebih lengkap menyebabkan peperangan tak seimbang.

Pasukan Pong Tiku pun lebih banyak menderita kerugian, gempuran meriam yang secara bertubi-tubi merusak bangunan benteng. Pong Tiku pun terpaksa mengosongkan beberapa benteng.

Akan tetapi, benteng Buntubatu yang merupakan benteng utama sekaligus markas Pong Tiku belum berhasil dikuasai Belanda sampai bulan Oktober 1906. Belanda kemudian menawarkan perdamaian kepada Pong Tiku.

Namun tawaran itu ditolaknya dan ia hanya bersedia mengadakan gencatan senjata. Hal itu bertujuan agar ia dapat menghadiri upacara pemakaman jenazah orang tuanya secara adat.

Oleh karena itu, ia pun meninggalkan benteng Buntubatu. Kesempatan itu langsung digunakan pihak Belanda untuk memasuki benteng tersebut meski pun masa gencatan senjata belum berakhir. Seusai menghadiri pemakaman jenazah orang tuanya, Pong Tiku kemudian menuju benteng Alla.

Di sana telah berkumpul para pejuang dari berbagai daerah Sulawesi Selatan. Benteng Alla pun diserang Belanda pada tanggal 12 Maret 1907. Akibat serangan itu puluhan pejuang gugur dan ditawan.

Namun, Pong Tiku berhasil menyelamatkan diri. Dalam pelariannya dari satu tempat ke tempat lain, ia terus berusaha mengobarkan semangat perjuangan melawan Belanda. Belanda masih terus melakukan pengejaran hingga akhirnya ia berhasil ditangkap di Lilikan pada awal bulan Juli 1907.

Setelah berhasil ditangkap, ia kemudian dipaksa untuk menandatangani surat pernyataan yang isinya mengakui kekuasaan Belanda. Namun, meskipun berada dalam tekanan, Pong Tiku tetap menolak menandatangani surat tersebut. Karena terus-menerus melawan dan menolak bekerjasama, Pong Tiku pun ditembak mati Belanda di tepi Sungai Sa'dan.

Kematian Pong Tiku sekaligus menandai berakhirnya perlawanan terhadap Belanda di Toraja. Toraja merupakan daerah terakhir di Sulawesi Selatan yang jatuh ke tangan Belanda.

Atas jasa-jasanya kepada negara, Pong Tiku alias Ne'baso dianugerahi gelar Lihat Daftar Pahlawan Nasional pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 73/TK/Tahun 2002, tanggal 6 November 2002.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved