Opini
Opini: Menuju Swasembada Gula
Kebutuhan gula nasional berdasarkan data Kemenperin pada tahun 2022 sekitar 6,48 juta ton, yaitu 3,21 juta ton gula konsumsi, dalam hal ini Gula...
Dimana, dengan asumsi kebutuhan gula konsumsi 3,21 juta ton maka dengan produktifitas 70 ton per hektar dan rendemen 7 persen, telah memperhitungkan kualitas tebu dan besarnya losses di pabrik, maka dibutuhkan lahan sekitar 655,102 ribu hektar.
Modernisasi tata kelola lahan tebu akan mendongkrak produktifitas lahan menjadi 100 – 120 ton per hektar sehingga kebutuhan lahannya menurun menjadi hanya sekitar 382 – 458 ribu hektar.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa luas lahan tebu nasional tahun 2022 sekitar 488,900 ribu hektar.
Dengan produktifitas 80 ton per hektar dan rendemen tebu 7 persen diperoleh gula kurang lebih 2,738 juta ton.
Sehingga defisit gula konsumsi 500 ribu ton hanya membutuhkan tambahan lahan sekitar 89,285 ribu hektar.
Langkah penting lain menuju swasembada gula adalah modernisasi PG sesuai dengan perkembangan teknologi PG terbaru.
Modernisasi dimulai dari ketel uap atau boiler untuk menghasilkan uap dalam rangka menggerakkan gilingan, pemanasan nira, penguapan nira, pemasakan nira kental dan putaran penyelesaian akhir.
Modernisasi PG akan mengurangi losses dalam proses pembuatan gula.
Akhirnya, mengingat sifat industri gula yang harganya dikendalikan oleh pemerintah di hilirnya melalui kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) maka tumpuan industri gula adalah efisiensi mulai dari on farm, off farm hingga penyederhanaan rantai distribusi.
Efisiensi akan mengurangi HPP dan menekan harga jual sehingga masih terdapat selisih harga antara HET dengan harga jual ke konsumen akhir.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.