Masyarakat Adat

Sekjen AMAN Tegaskan Judi Tak Sesuai Budaya Toraja

Ia mengatakan, dukungan pemerintah belum terlalu sentralistik di dalam permasalahan ini dan bahkan belum ada kajian tepat mengenai adat.

Penulis: Kristiani Tandi Rani | Editor: Apriani Landa
ist
Sabung ayam (via kompasiana) 

TRIBUNTORAJA.COM - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Rukka Sombolinggi, mengatakan, perjudian dapat merusak moral masyarakat dan tidak sesuai dengan kebudayaan Toraja.

Bahkan, menurutnya, judi akan mencederai nilai budaya dalam upacara adat.

Hal ini dikatakan Rukka Sombolinggi, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Aliansi Masyarlakat Adat Nusantara (AMAN) saat menjadi narasumber di podcast Bincang Ekslusif #4 dengan tema Mewujudkan Masyarakat Adat yang Kuat, Mandiri dan Bermartabat, Kamis (29/12/2022).

Ia mengatakan, dukungan pemerintah belum terlalu sentralistik di dalam permasalahan ini dan bahkan belum ada kajian tepat mengenai adat.

"Saya perhatikan juga dalam regulasi upacara adat. Dukungan pemerintah cukup, sayangnya ada pengaburan antara apa yang disebut adat atau tradisi," katanya.

Salah satu contohnya adalah Sipara' Londong atau Ma'saung atau sabung ayam. Ada juga Silaga Tedong (adu kerbau)

Adu hewan ini biasanya diadakan di akhir acara adat Rambu Solo'. Namun, tradisi ini biasanya disisipi dengan ma'tangga' oleh sekelompok orang yang ada di sana.  

Seperti masalah umum yang sering terjadi di Toraja yaitu perjudian yang kerap dilakukan masyarakat dalam upacara adat.

"Misalnya dalam hal ini judi, saya ingat dari apa yang saya dengar dari orang-orang tua Sipara' Londong dalam masyarakat Toraja itu ada banyak sosial signifikannya," tuturnya.

Memang, sabung ayam adalah bagian dari tradisi yang perlu dilestarikan, tapi judi bukan bagian dari tradisi.

"Banyak sekali sejarah-sejarah, cerita-cerita bahwa londong sipara itu adalah bagian dari tradisi," ucapnya.

Justru dengan adanya perjudian mampu mencederai adat dalam masyarakat Toraja.

"Tapi judi itu bukan adat, jadi itu justru menjadi alat untuk menghancurkan Toraja," imbuhnya.

Menurut Rukka Sombolinggi, judi lahir dari sekelompok masyarakat dengan kepentingan tertentu pada zamannya, tapi bukan tradisi.

"Di masa lalu dulu ada beberapa kelompok orang-orang yang mungkin memang kepentingannya untuk berjudi, tapi kemudian mengaburkan antara judi adat dan tradisi di dalam upacara adat itu," tegasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved