Kuliner Toraja

Mengenal Pa' Piong, Makanan Khas Toraja yang Unik dan Bernilai Budaya

Ada yang terbuat dari beras ketan, ada yang terbuat dari daging ayam dan daging babi, hingga kerbau.

Penulis: Redaksi | Editor: Donny Yosua
IST
Ilustrasi Pa' Piong Ayam Bulunangko (Mayana) khas Toraja. 

TRIBUNTORAJA.COM, MAKALE - Masyarakat Toraja yang mayoritas bermukim di Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara, Sulawesi Selatan dikenal dengan adat istiadatnya, yang sangat sakral.

Upacara adat Rambu Solo’ merupakan satu karya kebudayaan suku Toraja, yang sudah terkenal hingga mancanegara.

Tana Toraja dan Toraja Utara tidak luput dari kunjungan wisatawan Indonesia maupun mancanegara.

Upacara adat Rambu Solo’ atau Aluk Rampe Matampu merupakan upacara adat pemakaman masyarakat di Tana Toraja.

Upacara pemakaman masyarakat Toraja, selalu dihiasi dengan pengorbanan hewan ternak untuk arwah leluhur dan arwah orang yang sudah meninggal.

Pengorbanan hewan ternak tersebut, didasarkan atas kemampuan keluarga mendiang.

Hewan ternak yang digunakan bisa lebih dari 5 ekor tergantung status sosial keluarga, dan biasanya adalah hewan kerbau.

Upacara pemakaman bisa berlangsung berhari-hari, dan pesta besar bagi masyarakat.

Setelah upacara pemakaman selesai, jenazah akan diletakan di dalam liang atau kuburan berbentuk lobang di batu besar, ataupun patane, sebuah bangunan berbentuk seperti rumah yang dijadikan kuburan keluarga.

 

Baca juga: Resep Ikan Gabus Tollo Pamarrasan, Rekomendasi Kuliner Akhir Pekan

 

Pa' Piong

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno mencoba Pa' Piong saat kunjungannya ke Toraja, Minggu (21/11/2021).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno mencoba Pa' Piong saat kunjungannya ke Toraja, Minggu (21/11/2021). (IST)

Keunikan masyarakat Toraja, selain upacara Rambu Solo’ juga eksistensi kuliner khas masyarakat Toraja yakni Pa’piong.

Kuliner khas Toraja, Pa’Piong merupakan makanan khas yang disuguhkan untuk upacara adat masyarakat Tana Toraja.

Pada dasarnya, untuk membuat Pa' Piong beragam bahan makanan akan dimasak di dalam buluh bambu.

Ada banyak ragam variasi Pa' Piong.

Ada yang terbuat dari beras ketan, ada yang terbuat dari ikan, daging ayam, atau daging babi, bahkan di beberapa lembang atau dusun ada yang terbuat dari daging kerbau.

 

 

Baca juga: Lemak Akan Luruh dengan Konsumsi Makanan Ini

 

Sejarah Pa' Piong

Masyarakat sedang memasak Pa' Piong bersama-sama.
Masyarakat sedang memasak Pa' Piong bersama-sama. (IST)

Masyarakat Toraja mempercayai akan makanan Pa’Piong, dibuat berdasar kisah leluhur suku Toraja.

Kisah masyarakat Toraja, mengenai Pong Gaunti Kembong yang mengejar seorang wanita yang kelak akan menjadi pasangan hidupnya.

Diceritakan Pong Gaunti Kembong saat terbang melihat seorang wanita rupawan di daratan, dia berusaha untuk menangkapnya namun gagal.

Sang wanita kemudian bersembunyi, dan masuk ke dalam batu.

Wanita tersebut mau menjadi pasangan Pong Gaunti Kembong namun dengan satu syarat, yakni Pa’Piong Sanglampa (Satu ruas bambu di piong).

Pong Gaunti Kembong berusaha memenuhi syarat tersebut, dan sang wanita keluar dari batu dan hidup bersama Pong Gaunti Kembong.

Hubungan mereka akhirnya dikaruniai anak bernama Puang Mattua, yang kelak menjadi leluhur dan disakralkan masyarakat Toraja.

Puang Matua seumur hidupnya bersemayam di sebelah utara Toraja, keberadaanyalah yang menjadikan rumah adat Toraja yakni Tongkonan dibangun menghadap ke utara.

 

Penyajian Pa' Piong
Pa’Piong bagi masyarakat Toraja merupakan makanan berbahan dasar daging babi atau ayam, nasi ketan, daun mayana, dan dicampur rempah-rempah khas Toraja.

Dalam penyajian bersama dengan sayur bulunangko atau tunas pohon pisang yang masih muda.

Makanan Pa’Piong bagi masyarakat adat Toraja, menjadi suguhan pada saat upacara kematian, maupun acara syukuran perkawinan.

 

Baca juga: Kapolres Tana Toraja Harap Pengembangan Wisata Kuliner

 

Manfaat Pa' Piong
Pa’Piong memiliki beberapa manfaat bagi masyarakat Toraja, diantaranya daun mayana dapat menyembuhkan luka, obat batuk, dan pelancaran aliran air susu ibu (ASI).

Daun mayana juga dimanfaatkan masyarakat Toraja untuk campuran menu makanan babi atau ikan, namun bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur digunakan sebagai hiasan pernikahan atau hiasan rumah.

Pa’Piong bisa berbahan dasar ayam atau babi dicampur dengan batang pisang yang masih muda dan dimasak dengan bambu beserta rempah-rempah.

Batang pisang menurut masyarakat Toraja merupakan obat pencegah kolesterol.

(*)

Sumber: TribunnewsWiki
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved