Widji Thukul

Widji Thukul, Sang Penyair dan Aktivis yang Hilang

Pria dengan nama lengkap Widji Thukul Wijaya ini kerap menulis puisi tentang protes.

Penulis: Redaksi | Editor: Donny Yosua
IST/Kompas
Widji Thukul saat berusia 33 tahun. 

TRIBUNTORAJA.COM - Tak hanya sebagai aktivis, nama Widji Thukul selama ini dikenal sebagai seorang penulis puisi perjuangan.

Pria dengan nama lengkap Widji Thukul Wijaya ini kerap menulis puisi tentang protes.

Widji Thukul bahkan menjadi simbol protes itu sendiri.

Hal itu menyebabkan puisinya gampang melebur dalam setiap momen pergolakan dan berbagai aksi protes.

"Hanya ada satu kata: Lawan!"

Demikian tertuang pada bait terakhir puisi berjudul Peringatan karya Widji Thukul.

Dalam Seri Buku Tempo, Prahara Orde Baru Wiji Thukul yang diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia, dijelaskan bahwa sebenarnya kata 'lawan' tersebut tak murni ide Widji Thukul.

Ia terpengaruh sebuah puisi karangan Pardi, temannya di teater Jagat yang juga seorang tukang kebun.

Puisi Pardi itu berjudul Sumpah Bambu Runcing.

Pada sajak Pardi, kalimat 'Hanya ada satu kata: lawan' yang merupakan sajak mengenai perjuangan melawan Belanda, diambil Thukul untuk perjuangan buruh.

Widji Thukul sebenarmnya memiliki nama asli Widji Widodo.

Widodo diubah menjadi Thukul oleh Cempe Lawu Warta, anggota Bengkel Teater yang diasuh oleh penyair WS Rendra.

Thukul berarti biji tumbuh.

Widji Thukul bersama WS Rendra meraih penghargaan Werheim Encourage Award dari Wertheim Stichting Belanda pada tahun 1991.

Setamat SMP, Thukul melanjutkan pendidikan di Jurusan Tari Sekolah Karawitan Indonesia tapi tidak tamat, hanya sampai kelas II.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved