Kisah Heroik Aaron Franklyn Pertaruhkan Nyawa Amputasi Korban di Reruntuhan di Ponpes Al-Khoziny

Kondisi Nur Ahmad cukup memprihatinkan karena tangannya tertindih bongkahan beton yang runtuh.

Editor: Apriani Landa
Dokumentasi RSUD RT Notopuro Sidoarjo
KISAH HEROIK - Dokter Aaron Franklyn Soaduon Simatupang bertemu dengan korban ambruknya Ponpes Al Khoziny Nur Ahmad, Jumat (3/10/2025). Dokter Aaron melakukan amputasi lengan Nur Ahmad di bawah reruntuhan karena situasi mendesak. 

"Pikiran saya, sudah siap mati sama pasien kalau bangunan itu runtuh. Karena itu sangat berbahaya, salah gerak sedikit ambruk," kata Dokter Aaron kepada awak media di RSUD Notopuro Sidoarjo, Kamis (2/10/2025) malam. 

Sesampainya di dalam reruntuhan, dr Aaron masih sempat berkomunikasi dengan Nur Ahmad. Saat itu, remaja laki-laki ini hanya bisa merintih minta tolong.

Baca juga: Mukjizat, Haical Selamat Setelah Tiga Hari Terjebak di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

Dokter Aaron mencoba menenangkannya. Setelah memastikan kondisi pasien, dr Aaron lantas keluar untuk kembali berdiskusi dengan tim yang terdiri dari tim dokter senior untuk opsi amputasi.

Persiapan matang menjadi pertimbangan utama. Setelah dirasa memungkinkan, maka tindakan dilakukan. Prosesnya sekitar 10 menit.

Dokter Aaron bersyukur pasien berhasil dievakuasi, distabilisasi, dan selanjutnya korban Nur Ahmad dirujuk ke RSUD R.T. Notopuro. 

"Jadi tetap pertolongan pertama, (korban) dibius di sana, lukanya (bekas amputasi) ditutup, cuma akhirnya dilakukan pembersihan lagi (di rumah sakit), dijahit ulang sampai pukul 01.30 WIB baru selesai," ucapnya.

"Kita bawa keluar itu less, tidak banyak yang darah yang keluar," ungkapnya. 

Hal senada disampaikan Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi RSUD RT Notopuro Sidoarjo, dr Larona Hydravianto.

Dokter Larona mengungkapkan soal keputusan amputasi tangan Ahmad dilakukan langsung di bawah reruntuhan Musala Ponpes Al Khoziny

Menurut Larona, tindakan itu merupakan upaya penyelamatan nyawa karena kondisi korban terjepit beton.

“Jadi memang ini sesuatu yang sangat berat ya secara pertimbangan. Kita harus melakukan amputasi atau menghilangkan bagian tubuh. Tapi ada prinsip life saving is number one. Nyawa menjadi prioritas pertama dibanding anggota tubuhnya,” kata Larona, Jumat (3/10/2025).

Sebelumnya, Direktur Utama RSUD R.T. Notopuro, Dokter Atok Irawan, mengatakan, terpaksa amputasi lengan kiri korban saat proses evakuasi, meski ada pihak keluarga yang protes. 

"Sempat yang diamputasi di tempat, keluarga sempat protes, enggak setuju. Ya gimana kalau kondisi darurat, sempat (keluarga) nanya 'Siapa yang mengizinkan?'," kata Atok, di RSUD R.T. Notopuro, Selasa (30/9/2025). 

Namun, berkat penjelasan dokter, pihak keluarga pun menerimanya.

"Untungnya dokter kami menjelaskan dengan lembut, dengan sabar. Alhamdulillah bisa menerima. Karena situasinya sempit, ini juga sebenarnya membahayakan jiwa nakes kami," tambahnya. 

Sumber: Bangka Pos
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved