Baje Parodo, Oleh-oleh Toraja yang Bertahan di Tengah Modernisasi
Resepnya dibawa dari Duri, Enrekang, lalu diwariskan oleh nenek Adriani yang merintis usaha kecil ini sejak 1999.
Penulis: Anastasya Saidong Ridwan | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUNTORAJA.COM, MAKALE - Di tengah gempuran aneka oleh-oleh modern yang kian marak di pasaran, Baje Parodo tetap setia bertahan sebagai camilan tradisional khas Toraja.
Camilan sederhana berbahan ketan, kelapa, dan gula merah dibungkus kertas nasi ini menjadi magnet utama di sebuah warung keluarga yang berdiri di tepi Jalan Poros Makale–Seseng, Kecamatan Bittuang, Tana Toraja.
Warung itu milik Adriani Turu’ Allo, berdiri di kawasan yang dikenal masyarakat dengan sebutan Parodo.
Deretan warung kecil berjajar di sana, dipisahkan sebuah jembatan kuning yang membentang di atas sungai berbatu.
Airnya jernih mengalir, menambah kesan damai pedesaan khas Toraja yang masih terjaga.
Baje Parodo yang dijajakan Adriani bukan sekadar camilan biasa.
Ia adalah warisan keluarga.
Resepnya dibawa dari Duri, Enrekang, lalu diwariskan oleh nenek Adriani yang merintis usaha kecil ini sejak 1999.
“Dulu baje hanya dibuat untuk kebutuhan sehari-hari, dipajang begitu saja di warung. Lama-kelamaan banyak orang mencari oleh-oleh, akhirnya kami menambahkan jajanan lain juga,” tutur Adriani saat ditemui, Minggu (5/10/2025).
Hingga kini, ia tetap setia menjaga cita rasa otentik warisan neneknya.
Setiap pagi, Adriani membuat adonan baje, sekitar lima liter ketan putih, gula merah, dan kelapa parut, yang kemudian diolah menjadi camilan manis.
Baje Parodo dijual murah, Rp10 ribu per 12 bungkus kecil.
Dikemas dalam plastik bening dan digantung di depan warung, tampilannya sederhana namun sarat nostalgia.
Di dalam warung, aneka jajanan modern, seperti keripik, mi instan, hingga minuman ringan, ikut meramaikan rak dan kulkas pendingin.
Kehadiran aneka penganan itu seperti menandai pertemuan dua zaman, tradisi yang diwariskan, dan adaptasi terhadap selera baru masyarakat.
Namun bagi sebagian orang, baje tetap punya tempat istimewa di hati.
Seorang pembeli yang ditemui mengaku sudah akrab dengan camilan itu sejak kecil.
“Dari dulu ibu saya sering belikan baje di sini. Rasanya khas, perpaduan kelapa, gula aren, dan ketan itu pas sekali, apalagi kalau dinikmati sambil minum kopi,” kenangnya.
Kini, Baje Parodo bukan sekadar pengganjal lapar, melainkan bagian dari perjalanan.
Para pelintas yang menuju Kecamatan Bittuang kerap mampir, sekadar mencicipi manisnya tradisi atau membawanya sebagai oleh-oleh khas Toraja.
Di balik bungkus plastik sederhana itu, tersimpan cerita panjang.
Tentang warisan nenek, ketekunan seorang cucu menjaga cita rasa, dan nostalgia banyak orang yang tumbuh bersama manisnya Baje Parodo.(*)
BUMDes Lembang Bau Tana Toraja Bisnis Ayam Petelur untuk Dukung Program Makan Bergizi Gratis |
![]() |
---|
Internet di Bittuang Tana Toraja Hanya Berfungsi Sebulan, Warga dan Guru Kecewa |
![]() |
---|
BPBD Tana Toraja Kerahkan Alat Berat Bersihkan Material Longsor di Bittuang |
![]() |
---|
BPBD Tana Toraja Kerahkan Alat Berat Bersihkan Longsor yang Tutup Jalan Poros di Bittuang |
![]() |
---|
Lembang Balla Bittuang Jadi Desa Sadar Pengawasan Pilkada Tana Toraja 2024 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.