TRIBUNTORAJA.COM - Apple diperkirakan akan menghadapi beban finansial besar akibat kebijakan bea masuk tinggi yang diberlakukan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Dalam laporan keuangan kuartal ketiga tahun ini (Juli–September), Apple menyebutkan bahwa mereka harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar 1,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp18,1 triliun hanya untuk membayar tarif tersebut.

"Kami sudah menghabiskan sekitar 800 juta dollar AS untuk tarif pada kuartal April–Juni, dan diperkirakan akan bertambah menjadi 1,1 miliar pada kuartal ini," ungkap CEO Apple Tim Cook dalam konferensi bersama para analis, dikutip dari The Verge, Minggu (3/8/2025).

Tarif Trump merupakan kebijakan bea masuk yang dikenakan terhadap berbagai produk impor, terutama dari China, sebagai bagian dari perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.

Ironisnya, kebijakan ini juga membebani perusahaan-perusahaan AS yang bergantung pada fasilitas produksi luar negeri, termasuk Apple.

Sebagian besar perangkat Apple—iPhone, Mac, iPad, dan Apple Watch—diproduksi di Asia, khususnya China.

Baca juga: Jack Dorsey Luncurkan BitChat, Aplikasi Chat Tanpa Internet Kini Tersedia di Apple App Store

Akibatnya, produk-produk ini tetap tergolong barang impor saat masuk pasar AS dan terkena bea masuk tinggi.

Apple sempat memindahkan sebagian produksinya ke India dan Vietnam, namun langkah ini belum sepenuhnya menghindarkan dari tarif.

Trump bahkan pernah mengancam akan menaikkan tarif jika Apple tidak segera memindahkan lebih banyak produksi ke dalam negeri.

Baca juga: Resmi Rilis di Indonesia, Ini Spesifikasi dan Harga Samsung Galaxy Z Fold 7