Hari Ini dalam Sejarah

Hari Ini dalam Sejarah: Mengenang Tragedi Tsunami Aceh 26 Desember 2004

Penulis: Redaksi
Editor: Donny Yosua
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah perahu kandas di atas rumah bangunan usai tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2004 silam.

1. Sebanyak 15 negara terdampak

Gelombang tsunami yang terjadi di pesisir Aceh saat itu diperkirakan mencapai ketinggian 30 meter dengan kecepatan mencapai 100 meter per detik atau sekitar 360 kilometer per jamnya.

Tak hanya di Aceh, Indonesia, total ada sebanyak 15 negara terdampak oleh bencana tsunami di akhir 2004 itu.

Kelima belas negara itu adalah Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand, Somalia, Myanmar, Maladewa, Malaysia, Tanzania, Seychelles, Bangladesh, Afrika Selatan, Yaman, Kenya, dan Madagaskar. Indonesia adalah negara yang dampaknya paling parah selain Sri Lanka, India, dan Thailand.

 

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Hari Statistik Sedunia 20 Oktober, Ini Sejarahnya

 

2. Korban meninggal 230.000 jiwa

PBB pada 4 Januari 2005, mengeluarkan taksiran awal bahwa jumlah korban tewas akibat Tsunami Aceh sangat mungkin melebihi angka 200.000 jiwa.

Berdasarkan Kompas.com (26/12/2020), jumlah korban dari peristiwa alam tsunami Aceh tersebut disebut mencapai 230.000 jiwa.

Jumlah itu bukan hanya datang dari Indonesia sebagai negara terdampak paling parah, namun juga dari negara-negara lain yang turut mengalami bencana ini.

Selain itu, tak kurang dari 500.000 orang kehilangan tempat tinggal akibat peristiwa itu.

Akibat peristiwa itu Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan tiga hari sebagai masa berkabung.

 

Foto satu-satunya bangunan utuh di wilayah Meulaboh yang diambil pada 2 Januari 2005, menjadi salah satu foto yang paling diingat Eugene Hoshiko, fotografer Associated Press yang meliput tsunami Aceh pada 26 Desember 2004.

 

3. Seluruh planet Bumi bergetar

Dahsyatnya gempa ini disebut-sebut menyebabkan seluruh planet Bumi bergetar 1 sentimeter (0,4 inci).

Seismometer broadband global merekam tanah di Sri Lanka, seribu mil dari pusat gempa, bergerak naik dan turun lebih dari 9 sentimeter, menurut laporan itu.

"Secara global, gempa ini cukup besar untuk menggetarkan seluruh planet hingga setengah inci, atau satu sentimeter. Di mana pun kami memiliki instrumen, kami dapat melihat gerakan," kata Charles Ammon, profesor geosains di Penn State University dikutip dari CNN.

 

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Hari Museum Nasional 12 Oktober, Ini Dia Bapak Permuseuman Indonesia

 

4. Gempa setara bom 100 gigaton

Gempa bumi 26 Desember 2004 yang memicu tsunami mematikan juga menciptakan patahan terpanjang dan durasi terpanjang yang pernah diamati, menurut tiga laporan oleh kelompok seismolog internasional seperti diterbitkan di jurnal "Science."

"Biasanya, gempa bumi kecil mungkin berlangsung kurang dari satu detik; gempa berukuran sedang mungkin berlangsung beberapa detik. Gempa ini berlangsung antara 500 dan 600 detik," kata Ammon.

Gempa itu melepaskan sejumlah energi yang setara dengan bom 100 gigaton, menurut Roger Bilham, profesor ilmu geologi di University of Colorado.

Gempa yang berpusat di Samudra Hindia, juga menyebabkan retakan besar di dasar laut Bumi yang pernah diamati, hampir 800 mil.

Itu selama perjalanan dari Los Angeles, California, ke Portland, Oregon.

 

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Hari Osteoporosis Sedunia 20 Oktober

 

5. Bukan diakibatkan ledakan nuklir

Sejumlah teori konspirasi muncul terkait penyebab tsunami Aceh 2004.

Salah satunya adalah terkait isu bahwa tsunami Aceh muncul diakibatkan ledakan nuklir.

Namun hal tersebut dibantah oleh Kepala Bidang Mitigasi Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono.

Daryono menyebut, data rekaman getaran tanah dalam seismogram menunjukkan adanya rekaman gelombang badan (body) berupa gelombang P (pressure) yang muncul lebih awal dibanding gelombang S (shear) yang datang berikutnya, yang kemudian diikuti gelombang permukaan (surface).

"Munculnya fase-fase gelombang body ini menjadi bukti kuat bahwa gempa dan tsunami Aceh dipicu oleh aktivitas tektonik, bukan ledakan nuklir," kata Daryono.

Selain itu, kemunculan gelombang S (shear) yang kuat menunjukkan bahwa deformasi sebelah barat Aceh adalah proses pergeseran yang tiba-tiba di kerak bumi akibat patahan batuan dalam proses gempa tektonik sehingga bukan ledakan nuklir.

 

Dalam file foto 29 Desember 2004 ini, seorang pria Aceh berjalan melalui puing-puing di dekat Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh, Aceh.

 

6. Membuka perdamaian di Serambi Mekkah

Bencana yang terjadi di Aceh ketika itu menjadi pintu masuk terciptanya perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka dengan Pemerintah Indonesia.

Saat itu, para kombatan yang tergabung dalam GAM akhirnya terketuk hatinya dengan bantuan yang diberikan pemerintah pusat.

Sehingga kemudian pimpinan GAM bersedia membuka ruang dialog. Rakyat Aceh kemudian bisa bernapas lega dengan adanya gencatan senjata.

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menjadi tokoh sentral dalam perundingan antara pemerintah pusat dengan GAM di mana ia memimpin langsung tim juru runding di Helsinki, Finlandia.

"(Jika perundingan di dalam negeri), mereka pasti bakal curiga akan ditahan. Apalagi pemerintah pernah menangkap para perunding GAM dan dijebloskan ke penjara," kata Kalla.

Pada 15 Agustus 2005, akhirnya perjanjian Helsinki ditandatangani GAM dan pemerintah Indonesia.

 

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Hari Peringatan Kesehatan Mental Sedunia

 

7. Tsunami Aceh seret kapal PLTD Apung

Bukti betapa dahsyatnya tsunami Aceh salah satunya adalah terseretnya kapal LPTD Apung milik PLN yang sebelum tsunami berdiri kokoh di Kota Banda Aceh.

Kapal tersebut memiliki bobot seberat 2.600 ton. Saat tsunami terjadi kapal tengah berada di Pantai Ulee Lhee Aceh.

Akibat tsunami kapal terdampar 5 km ke perkampungan Gampong Punge, Blangcut, Banda Aceh.

Kini kapal tersebut dijadikan sebagai monument peringatan tsunami Aceh sekaligus tempat wisata bagi masyarakat Aceh.

(*)