Mas Sarto mengatakan, pada hari Sabtu dan Minggu dagangannya selalu ludes dalam dua hingga tiga jam sejak dibuka.
Meski demikian, Mas Sarto juga tetap berjualan di hari biasa.
Mas Sarto yang akrab disapa Pakde mengatakan bahwa ia dan istrinya sudah lama merantau ke Toraja dan membuka usahanya.
Dia bercerita, pertama kali berdagang bubur kacang ijo sejak awal dekade 1990-an.
"Awalnya memang bubur kacang ijo yang duluan dijual, setelah ibu baru bubur ayam dengan keliling menggunakan grobak ini dulu," tutur Mas Sarto.
Pakde mengaku, ia lebih dulu datang ke Toraja, setelah itu istrinya datang menyusul untuk membantunya.
Baca juga: Ini Dia Resep Oseng Mercon Khas Jogja untuk Habiskan Sisa Stok Daging di Kulkas
"Kalau istri saya baru 25 tahun lalu saya yang datang duluan, awalnya yah belajar menyesuaikan apalagi saya bukan orang sini (Toraja), menyesuaikan dengan salah satu cara mempelajari sedikit - sedikit bahasa Toraja," tuturnya.
Pria asal Jawa ini juga mengaku cepat beradaptasi di Toraja.
"Lumayan cepat juga (beradaptasi). Intinya orang Toraja terkenal akan keramahannya, jadi tidak terlalu sulit bergaul," jelasnya.
Baca juga: Resep Ikan Gabus Tollo Pamarrasan, Rekomendasi Kuliner Akhir Pekan