Tribun UMKM

Mantan Karyawan Restoran Sukses Rintis Usaha Es Teler, Raup Untung Rp 700 Ribu Per Hari 

Lapak es teler Risma ini berada di lokasi strategis, jalan poros dan di bawah nuangan pohon yang rindang serta pemandangan sawah di belakangnya.

Tribun Toraja/Lilianti Ariyani
ES TELER - Risma tengah melayani pembeli es teler di lapaknya yang berada di jalan Poros Makale-Rantepao, terpatnya di depan Patung Tedong Bonga', Kesu, Toraja Utara, Sabtu (26/7/2025). Mantan karyawan restoran ini memulai bisnis es teler dengan modal Rp 15 juta dan kini meraup Rp 700 ribu per hari. 

TRIBUNTOTAJA.COM, RANTEPAO - Keputusan berani diambil Risma, seorang ibu muda asal Batutumonga, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan.

Ia memutuskan resign sebagai karyawan restoran dan mulai merintis usaha sendiri.

Keputusan itu membuahkan hasil manis. 

Risma kini sukses menjalankan usaha es teler yang mampu menghasilkan omzet hingga Rp 700 ribu per hari.

Ia membuka lapak es teler di Jl Poros Rantepao-Makale, tepatnya di depan pertigaan patung Tedong Bonga, Kesu'. 

Lapak es teler Risma ini berada di lokasi strategis, jalan poros dan di bawah nuangan pohon yang rindang serta pemandangan sawah di belakangnya.

Tidak salah jika menjadi salah satu tempat favorit warga yang lewat untuk menikmati minuman segar, terlebih di musim panas.

Selain es teler, Risma juga menjajakan Es Kelapa Muda Khas Mataram NTB.

"Kalau cuacanya panas seperti sekarang, penghasilan bisa tembus Rp 700 ribu, bahkan lebih," ujar Risma saat ditemui, Jumat (26/7/2025).

Bahkan, saat musim panas, lapaknya sering penuh sesak. Pengunjung harus antre karena semua tempat duduk terisi.

Risma mulai menekuni usaha ini sejak tujuh tahun lalu. Dengan modal awal Rp 15 juta, ia dan suaminya memulai dari nol, menawarkan es teler dengan cita rasa khas. 

Resep racikan sang suami yang berasal dari Jawa menjadi rahasia kelezatan produk mereka.

"Kebetulan suami saya orang Jawa, jadi resepnya khas banget. Banyak pelanggan yang suka,” kata Risma sambil tersenyum.

Usaha es teler Risma tidak hanya digemari oleh warga lokal. Pelanggannya berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga pegawai kantoran.

Kadang juga mampir rombongan warga yang pulang dariacara adat Rambu Solo' untuk menyegarkan tenggorokan.

Untuk berjualan di tempat tersebut, Risma mengaku harus  membayar sewa ebesar RP 1 juta per bulan.

Meski harus mengeluarkan biaya sewa tempat, Risma menyebut hal itu sepadan dengan keuntungan yang didapat.

“Cukuplah, penghasilan bisa menutup semua biaya operasional dan sisanya untuk kebutuhan keluarga,” ujarnya.

Kesuksesan Risma menjadi inspirasi bahwa usaha kecil menengah (UKM) bisa berkembang jika dikelola dengan tekun dan inovatif. 

Keberadaan lapak es teler dan Es Kelapa Muda Khas Mataram NTB juga menjadi contoh bahwa kreativitas dalam meracik menu bisa menjadi pembeda di pasar.

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved