Kisah Jolang, Pengrajin Miniatur Tedong di Londa Toraja Utara yang Bertahan Demi Cinta untuk Budaya

Kisah Jolang, perajin miniatur Tedong di Londa, Toraja Utara, yang bertahan hidup di tengah menurunnya jumlah wisatawan dengan menjual hasil karya...

Tribun Toraja/Lilianti Ariyani Saalino
MINIATUR KERBAU - Miniatur Tedong alias kerbau yang sedang dibuat di objek wisata Londa, kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara, Kamis (16/7/2025). Kisah Jolang, perajin miniatur Tedong di Londa, Toraja Utara, yang bertahan hidup di tengah menurunnya jumlah wisatawan dengan menjual hasil karya seni dari hati. 

TRIBUNTORAJA.COM, TORAJA UTARA – Di balik ketenangan panorama alam dan megahnya situs budaya Londa, Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara, tersimpan kisah perjuangan warga lokal dalam mempertahankan hidup.

Salah satunya datang dari Jolang, seorang perajin miniatur Tedong (kerbau khas Toraja) yang membuka lapaknya tepat di kawasan objek wisata tersebut.

Jolang merupakan satu dari sedikit pelaku ekonomi kreatif yang tetap bertahan di tengah lesunya kunjungan wisatawan ke Londa, terutama sejak era kejayaan tempat ini mulai meredup pada awal 2000-an.

 

 

“Perputaran ekonomi sekarang sangat sulit,” ujar Jolang sambil meraut tanduk miniatur Tedong, Rabu (16/7/2025) sore.

Untuk bertahan hidup, Jolang mengandalkan perputaran modal kecil.

Dengan uang Rp100 ribu, ia harus memastikan nilai itu bisa bertambah—walau hanya menjadi Rp120 ribu.

Menurutnya, keuntungan tipis namun berkelanjutan jauh lebih baik dibanding tidak berjualan sama sekali.

 

Baca juga: Kisah Chella, Siswi SD Asal Toraja yang Siap Ikut Audisi Miss Bintang Indonesia Kids 2025

 

Sepinya Wisatawan, Bergesernya Minat

Jolang mengungkapkan bahwa jumlah pengunjung Londa kini jauh menurun, hanya berkisar antara 50 hingga 70 orang per hari, dan itupun lebih ramai saat akhir pekan.

“Dulu Londa itu sangat ramai. Sekarang banyak wisata baru muncul, dan tempat budaya seperti ini jadi agak terpinggirkan,” kata dia.

Ia juga menyoroti adanya perbedaan karakter wisatawan.

Turis asing dinilainya masih menunjukkan minat tinggi pada budaya lokal, sementara wisatawan domestik cenderung mencari spot untuk berswafoto ketimbang menggali nilai budaya.

 

Baca juga: Tanah Warisan Berujung Derita, Nenek 75 Tahun di Makassar Terpaksa Dirawat Cucu

 

Seni dari Hati, Bukan dari Bangku Kuliah

Membuat miniatur Tedong bukan sekadar pekerjaan, tapi hobi dan passion bagi Jolang.

Meski kerap disangka lulusan seni rupa, ia menegaskan semua keahliannya didapat secara otodidak.

“Saya belajar dari melihat dan terus mencoba. Seni itu dari hati,” ujarnya sambil tersenyum.

Miniatur Tedong buatannya dijual seharga Rp200 ribu hingga Rp250 ribu, tergantung tingkat kerumitan dan permintaan pembeli.

Ia tak memasarkan karyanya secara daring, melainkan hanya menerima pemesanan langsung di tempat.

Dalam tiga hari, Jolang bisa menyelesaikan tiga hingga empat miniatur.

Proses pembuatannya tidak mudah—mulai dari pembentukan tanduk, pengecatan, hingga detail kecil lainnya, semua membutuhkan ketekunan dan keuletan.

 

Baca juga: Harga Daging Babi di Toraja Utara Turun, Rp 100 Ribu Perkilogram

 

Tetap Bertahan Meski Tanpa Kepastian

Pendapatan dari usaha ini tidak selalu stabil.

Seringkali ia harus pulang tanpa membawa hasil, apalagi setelah memotong kebutuhan harian seperti makan dan rokok.

Namun demikian, di tengah derasnya arus modernisasi dan tantangan ekonomi, semangat Jolang tetap menyala.

Ia menjadi bukti nyata bahwa kecintaan pada budaya dan kreativitas lokal bisa menjadi pondasi kehidupan, meski dalam situasi sulit.

Pantauan Tribun Toraja pada Rabu sore menunjukkan suasana Londa yang cukup sepi.

Hanya sekitar 25–30 wisatawan terlihat berkunjung, meskipun menurut warga, kawasan ini tidak pernah benar-benar kosong dari pelancong.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved