Polemik SMP PGRI Marinding

SMP PGRI Marinding Tana Toraja 23 Tahun Berkiprah, Awal Belajar di Kantor Desa

Sebelum memiliki gedung permanen, proses belajar mengajar dilakukan di sebuah ruangan di kantor Desa Lemo.

|
Tribun Toraja/Anastasya
23 TAHUN - SMP PGRI Marinding di Kecamatan Mengkendek, Tana Toraja. Sekolah ini telah berdiri 23 tahun, yang berawal dari kantor desa. 

TRIBUNTORAJA.COM, MAKALE - Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI Marinding tengah berpolemik.

Di balik kondisi ini, keberadaan SMP PGRI Marinding menghidupkan semangat belajar generasi muda di Kecamatan Mengkendek, Tana Toraja, Sulawesi Selatan.

Sekolah yang berada di Lembang atau Marinding ini mewadahi minat belajar anak-anak dari desa tetangga.

Ya, sekolah di bawah Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan - Persatuan Guru Republik Indonesia (YPLP-PGRI) ini merupakan satu-satunya yang dimiliki tiga desa yakni Marinding, Lemo, dan Palipu.

Sekolah ini sudah 23 tahun menggelar proses belajar mengajar di wilayah Mengkendek.

Sebelum memiliki gedung permanen, proses belajar mengajar dilakukan di sebuah ruangan di kantor Desa Lemo.

Itu tahun 2002 lalu.

Berkat semangat gotong royong masyarakat, berdirilah bangunan sederhana SMP Marinding di lahan yang sekarang.

Salah satu saksi perjuangan berdirinya SMP PGRI Marinding adalah Aloys Sampe Palimbongan.

Dia adalah guru pertama sekaligus pendiri sekolah ini.

Ia mengenang bagaimana perjuangan awal mendirikan lembaga pendidikan tersebut.

Baca juga: Kelas Digembok, Siswa SMP PGRI Marinding Tana Toraja MPLS di Pondok Baca

Baca juga: PMKRI Cabang Toraja Minta Pemerintah Tana Toraja Selesaikan Polemik SMP PGRI Marinding

"Awalnya, siswa belajar di kantor desa. Seiring berjalan waktu, muncul inisiatif untuk membangun Gedung sekolah permanen," katanya.

"Semangat gotong royong masyarakat membuat sekolah ini akhirnya punya gedung sendiri. Setelah Gedung sekolah selesai dibangun oleh masyarakat, barulah kegiatan berpindah," tuturnya.

Meski berstatus sekolah swasta, SMP PGRI Marinding tidak memungut biaya pendidikan alias gratis sebagai wujud komitmen terhadap akses pendidikan bagi masyarakat setempat.

Karena itu, pihak sekolah berharap institusi ini bisa tetap berlanjut, polemik yang ada segera usai sehingga siswa bisa terus menuntut ilmu dengan aman dan damai.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved