Puncak Kemarau Diperkirakan Bulan Juli, Tapi Hujan Lokal Masih Terjadi di Toraja

TRIBUNTORAJA.COM - Meski telah memasuki musim kemarau, hujan masih berpotensi terjadi di sejumlah wilayah di Sulawesi Selatan (Sulsel).

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar menyebut kondisi ini sebagai “kemarau basah”.

Pada Kamis (5/6/2025) pagi ini, hampir seluruh wilayah Sulsel diperkirakan cerah berawan.

Namun, hujan ringan diprediksi turun pada siang hingga sore di wilayah utara dan timur.

Seperti di Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Bone, Sinjai, dan Bantaeng.

Pada malam hari, cuaca umumnya berawan, dengan potensi hujan ringan hanya di Luwu Utara dan Wajo.

Suhu udara di Sulsel berkisar antara 19–34 derajat Celsius, dengan kelembapan mencapai 70–98 persen.

Prakirawan BMKG, Bagus Primohadi S, menjelaskan bahwa meningkatnya curah hujan disebabkan oleh aktivitas tiga fenomena atmosfer yang terjadi bersamaan, yaitu Kelvin, Equatorial Rossby, dan Madden Julian Oscillation (MJO).

Ketiganya memicu pembentukan awan hujan di wilayah Sulsel.

“Fenomena ini meningkatkan awan konvektif, sehingga curah hujan juga naik,” kata Bagus, Selasa (3/6/2025).

Hujan diperkirakan akan mulai berkurang pada 4 hingga 7 Juni, kecuali di wilayah selatan Sulsel.

Seperti Bulukumba, Selayar, Jeneponto, dan Bantaeng.

Namun, curah hujan kembali meningkat pada 8–11 Juni sebelum akhirnya menurun seiring masuknya musim kemarau.

BMKG memperkirakan puncak kemarau terjadi pada Juli.

Meski begitu, hujan lokal masih mungkin turun di wilayah Luwu Raya (Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur serta Tana Toraja dan Toraja Utara.(tribun timur)