Pelajar Kecanduan Main Game Online Dimasukkan Barak Militer, Ini Tanggapan PB ESI

Dedi menegaskan bahwa pelajar yang dikirim ke barak tidak akan ditempa dengan standar pendidikan militer.

Penulis: Redaksi | Editor: Apriani Landa
Tribun Jabar/Rahmat Kurniawan
GAME ONLINE - Ratusan pelajar tingkat SMA sederajat menjalani pemeriksaan untuk dikirim ke barak militer di Dodik Bela Negara, Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Senin (5/5/2025). Mereka ini ditenggarai memiliki sejumlah latar belakang masalah sosial, khususnya kecanduan game online. 

TRIBUNTORAJA.COM - Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengeluarkan kebijakan untuk pelajar yang kecanduan game online.

Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi, meminta pelajar tingkat SMA sederajat untuk untuk dikirim ke barak militer.

Kemarin, Senin (5/5/2025), ratusan pelajar dikirim ke barak militer di Dodik Bela Negara, Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Dedi mengatakan bahwa pelajar yang dikirim ke barak militer tersebut memiliki sejumlah latar belakang masalah.

Mulai dari kecanduan minuman keras, rokok, game online, hingga terlibat dalam geng motor.

Kebanyakan Mobile Legends

Dari ratusan pelajar yang dikirim ke barak ini, umumnya mereka kecanduan game online, khususnya Mobile Legends.

"Secara umun ada yang kecanduan minuman, game online, paling banyak kecanduan game online ML (Mobile Legends), kecanduan merokok, ada yang terlibat geng motor," kata Dedi di lokasi.

Dedi menegaskan bahwa pelajar yang dikirim ke barak tidak akan ditempa dengan standar pendidikan militer.

Pelajar yang dititipkan di barak militer hanya ditempa soal kedisiplinan hingga pengelolaan mental dan karakter dalam menolak hal-hal negatif.

"Pertama kedisiplinan, membangun disiplin. Makan, mandi, solat tepat waktu. Itu dulu dikembalikan karena mereka rata-rata tidur jam 4 (dini hari) saya tadi tanya orang tua."

"Kita kembalikan jam 8 atau 9, paling malam 10 (malam), sehingga siklus itu kembali. Secara umum mereka itu punya kesadaran bahwa ingin berubah, dan di rumah mereka tidak bisa lagi berubah," pungkasnya.

Dedi mengungkapkan, pengiriman pelajar nakal akan terus dilakukan secara berkala.

Apalagi, permintaan dari orang tua agar anak-anaknya dikirim ke barat militer terus meningkat.

"Nanti kita bikin gelombang, gelombang pertama misalnya 500, kedua 500, dan terus berkesinambungan dalam setahun tak berhenti."

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved