ASF Mereda, PMK Ancaman Baru Bagi Ternak di Tana Toraja, Warga Diimbau Teliti

Adapun diantara tindakan antisipasi yang dilakukan yakni mengetahui asal-usul kerbau yang akan dibeli disertakan perizinan yang jelas.

Penulis: Muhammad Rifki | Editor: Apriani Landa
TribunToraja/Rifki
Kerbau di Pasar Bolu Rantepao, Toraja Utara. 

TRIBUNTORAJA.COM, MAKALE – Jelang perayaan Natal 2024 dan peringatan tahun baru 2025 (Nataru), warga Tana Toraja, Sulsel, diimbau waspada akan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak, khususnya pada kerbau.

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Tana Toraja, Oktavianus Sonda.

Menurut Oktavianus, demand akan kerbau di Tana Toraja pada momen Nataru memang meningkat. Apalagi kata dia, upacara adat seperti Rambu Tuka' dan Rambu Solo' ramai digelar pada akhir hingga awal tahun.

Saat ini kata Oktavianus, Sulsel masih menjadikan zona hijau akan PMK sehingga perlu dilakukan antisipasi sedini mungkin. Wilayah yang menurutnya patut diwaspadai yakni Sumbawa dan sebagian Jawa.

“Yang kami himbau sekarang kepada masyarakat, kita harus hati-hati karena ini menjelang hajatan adat istiadat Tana Toraja, kerbau-kerbau dari Sumbawa itu yang membawa PMK bahkan, dari Jawa. Jadi saya imbau kepada masyarakat jangan membeli kerbau sembarangan,” kata Oktavianus saat dikonfirmasi di Kantor DPKPP, Makale, Tana Toraja, Kamis (19/12/2024) siang.

Adapun diantara tindakan antisipasi yang dilakukan yakni mengetahui asal-usul kerbau yang akan dibeli disertakan perizinan yang jelas.

“Yang harus masyarakat perhatikan adalah surat izin masuknya hewan ternak, apakah itu terbebas dari PMK, dan sebagainya. Karena ini sangat membahayakan bagi peternak kita yang ada di Tana Toraja,” beber Oktavianus.

Sebelumnya diberitakan, Setidaknya 776 kasus virus African Swine Flu (ASF) atau Flu Babi Afrika terdeteksi di Tana Toraja, Sulawesi Selatan selama rentan 2024.

Hal tersebut berdasarkan data laporan penyuluh kepada Bidang Peternakan Dinas Pertanian DPKPP Tana Toraja.

DPKPP Tana Toraja menerima laporan sejak Januari hingga Juli 2024 dengan kasus terakhir yakni 150 ekor di Kecamatan Makale pada Juli 2024.

“Kalau bulan ini (Desember), perkembangan ASF di Toraja minim yang datang melapor karena pergerakan ternak babi sudah tidak ada. Dalam artian bahwa ternak sudah tidak ada yang masuk ke Tana Toraja karena daerah luar seperti Luwu sudah tidak ada babi,” ungkap Oktavianus kepada Tribun Toraja.

“Terakhir menerima laporan pada bulan Juli dari Makale. Seorang peternak atas nama Frans dengan kasus 150 ekor. Sejauh ini sudah ditangani, bahkan sekarang mulai kondusif. Dia pelajari bahwa lalat adalah vektor efektif yang menyebarkan ASF,” urai dia.

Sejak saat itu, pihak Oktavianus terus mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan baik ternak, kandang, maupun pakan yang diberikan. Apalagi jelang perayaan Natal 2024 dan musim upacara adat Toraja, Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’ awal 2025 nanti.

Selain itu, disinfektan dan vitamin juga masih terus disalurkan kepada warga maupun peternak yang membutuhkan secara gratis.

Kendati ASF mereda, masyarakat Tana Toraja kini tengah dihadapkan dengan bahaya PMK yang mengancam terna, terkhusus kerbau.

Diketahui babi ternak dan kerbau menjadi hewan yang syarat digunakan dalam upacara adat masyarakat Toraja.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved