Suhu Dingin Berlangsung hingga Agustus, Suhu di Toraja Capai 15 Derajat Celcius

Suhu dingin ini juga disebut sebagai fenomena "bediding" oleh sebagian penduduk di Indonesia.

|
Editor: Apriani Landa
(Shutterstock.com)
Ilustrasi suhu dingin. 

TRIBUNTORAJA.COM - Seminggu terakhir ini, warga Toraja merasakan suhu dingin yang berbeda dari biasanya.

Bahkan, air yang keluar dari keran pun dingin seperti es.

Toraja yang berada di daerah pengunungan lebih merasakan suhu dingin.

Beberapa hari lalu, di Kota Rantepao dan Makale, di pagi hari suhu mencapai 17 derajat Celcius.

Di beberapa wilayah seperti Baruppu, Simbuang, dan dataran lebih tinggi lainnya, suhu udara mencapai 15 derajat Celcius, bahkan 13 derajat Celcius.

Ternyata, suhu dingin terasa di sejumlah wilayah khatulistiwa di Indonesia.

Suhu dingin ini juga disebut sebagai fenomena "bediding" oleh sebagian penduduk di Indonesia.

Kepala Stasiun Geofisika BMKG, Teguh Rahayu, mengatakan, suhu dingin terjadi lantaran memasuki masa puncak musim kemarau Juli sampai Agustus.

Suhu udara minimum mengalami perubahan signifikan pada hari Minggu (14/7/2024) ini, yaitu mencapai 16,6 derajat Celsius.

Nilai Suhu minimum normal rata-rata pada Juli adalah 18,2 derajat Celsius, dan pada Agustus nilainya 17,5 derajat Celsius.

"Suhu dingin ekstrem memang cenderung berpeluang terjadi saat musim kemarau, yakni di malam, dini, dan pagi hari," ujar Kepala Stasiun Geofisika, Teguh Rahayu, Minggu (14/7/2024).

Sementara siang hari, terik sinar matahari maksimal karena tidak ada tutupan awan.

Akibatnya permukaan bumi menerima radiasi yang maksimal.

Saat malam hari bumi akan melepaskan energi.

"Karena tidak ada awan, maka di malam hari hingga dini hari, radiasi yang disimpan di permukaan bumi akan secara maksimal dilepaskan," ujarnya.

Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan permukaan bumi mendingin dengan cepat karena kehilangan energi secara maksimal.

"Dampaknya adalah suhu minimum atau udara dingin yang ekstrem di malam hingga dini hari," katanya.

Penyebab tambahan mengapa suhu udara menjadi dingin pada puncak musim kemarau, karena adanya musim dingin di wilayah Australia.

Ada pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan masa udara dingin menuju Indonesia atau lebih dikenal dengan angin monsun Australi yang juga merupakan penyebab utama terjadinya musim Kemarau di Indonesia.

"Angin monsun Australia ini membawa udara yang dingin dan kering yang berada di wilayah Australia ke wilayah Indonesia yang berada di wilayah BBS (Belahan Bumi Selatan)," katanya.

Fenomena suhu dingin ini secara empiris akan berlangsung hingga Agustus 2024.

Rahayu meminta masyarakat untuk tidak panik melihat fenomena ini, karena suhu dingin pada puncak musim kemarau adalah suatu fenomena yang wajar terjadi terutama untuk wilayah Indonesia di BBS.

"Kami imbau masyarakat menjaga kesehatan, mengurangi aktivitas di luar ruangan terutama pada waktu malam hingga dini hari," katanya.

(*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved