Firasat Syarif Usman, Korban Longsor Tambang Emas Suwawa Gorontalo: Jemput Jenazah Saya
Ragam berangkat menuju ke lokasi tambang emas ilegal pada Senin (1/7/2024), sedangkan longsor terjadi Minggu (7/7/2024) dini hari.
TRIBUNTORAJA.COM, Gorontalo - Syarif Usman merupakan salah satu korban longsor tambang emas ilegal di Desa Tulabolo Timur, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, yang belum diketahui keberadaannya.
Pria yang akrab disapa Ragam itu merupakan penambang yang masuk dalam daftar pencarian korban longsor tambang ilegal di Desa Tulabolo Timur.
Rupanya, sebelum kejadian itu, Ragam sudah merasakan firasat. Hal ini diketahui dari kisah putranya, Rizal.
Baca juga: Kisah 2 Penambang Emas di Gorontalo Selamat dari Longsor, Terjebak 8 Jam dan Sempatkan Berwudhu
Baca juga: Ini Identitas Korban Longsor Tambang Emas di Gorontalo, 23 Meninggal, 36 Hilang
Rizal mengatakan bahwa bapaknya menitipkan pesan atau wasiat sebelum berangkat ke gunung untuk melanjutkan aktivitas penambangannya.
Diketahui, Ragam berangkat menuju ke lokasi tambang emas ilegal pada Senin (1/7/2024). Sementara longsor terjadi seminggu kemudian, Minggu (7/7/2024) dini hari.
Baca juga: Tak Peduli Hujan Deras, Nandar Sunandar 5 Hari Cari Ayah yang Jadi Korban Longsor Gorontalo
Baca juga: Pencarian Korban Longsor Tambang Suwawa Gorontalo Terhenti Akibat Cuaca Buruk
"Dia sudah meninggalkan pesan-pesan, bahwa kalau dia meninggal, atau meninggal di gunung tambang, dipesan sama keluarganya untuk tolong dijemput mayatnya," ungkap Rizal kepada TribunGorontalo.com, Kamis (12/7/2024) pagi.
"Di keluarga sebelah juga banyak pesan-pesannya, katanya, 'Tolong jemput mayat saya'," tutur warga Bitung, Sulawesi Utara, itu.
Rizal juga menerima langsung wasiat dari ayahnya itu. Ragam meminta keluarga besarnya saling menjaga satu sama lain.
"Kalau tidak saling jaga kita bersaudara, 'Papa mau pulang'. Sempat dibilang begitu," kenang Rizal.
"Saya pikir bahasanya hanya balik ke Suwawa, kami tidak tahu yang dimaksud 'pulang' itu kecelakaan ini," tambahnya.
Wasiat itu terus dipegang Rizal. Ia selalu berharap ayahnya segera ditemukan oleh Tim Gabungan yang terus melakukan pencarian.
Tak Percaya Ayah Kandung Jadi Korban Longsor
Sebelumnya, Rizal nekat mendatangi langsung lokasi titik longsor tambang emas Suwawa.
Rizal rupanya sudah empat hari berada di posko pencarian, kawasan tambang emas ilegal, Desa Tulabolo Timur, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.
Sejak kejadian longsor pada Minggu (7/7/2024) dini hari, Rizal mendengar ayah kandungnya termasuk salah satu korban.
Mendengar hal itu, awalnya Rizal tak lantas percaya.
Baca juga: 6 Rumah dan 1 Tongkonan Tertimpa Longsor di Buntao Toraja Utara Sulsel, Warga Mengungsi
"Pertama masih simpang siur infonya, belum pasti. Belum percaya kena di keluarga saya," ungkapnya kepada TribunGorontalo.com, Kamis (11/7/2024).
Untuk memastikan kebenaran berita, Rizal mendatangi langsung lokasi tambang emas ilegal, tepat di titik Bor 3 Desa Tulabolo Timur.
"Ternyata memang benar, salah satu korban papa saya," ucapnya.
Baca juga: Korban Terakhir Longsor di Buntao Toraja Utara Ditemukan Meninggal
Namun dalam benak Rizak, ia masih percaya orang tuanya itu masih hidup.
Rizal mendatangi lokasi tambang pada Senin (8/7/2024) lalu.
Namun menginjak hari kelima pencarian, Rizal hanya bisa pasrah pada keadaan. Ia hanya ingin jasad ayahnya ditemukan.
"Saya sudah pasrah," ujarnya.
Hari Keberangkatan
Ayah Rizal bernama Syarif Usman alias Ragam.
Ragam berasal Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara
Ia berangkat menuju lokasi tambang emas ilegal di Desa Tulabolo Timur pada Senin (1/7/2024).
Namun tepat pada Minggu (7/7/2024) sekira pukul 03.00 Wita, longsor terjadi hingga menewaskan puluhan penambang.
Masih Dilakukan Pencarian
Tim SAR terdiri dari Basarnas Gorontalo dan TNI/Polri.
Diketahui longsor terjadi di area tambang emas ilegal pada Sabtu (6/7/2024) malam hingga Minggu (7/7/2024) dini hari Wita.
Lokasi kejadian berada di Desa Tulabolo, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango. Berjarak sekira 50 kilometer dari ibu kota Provinsi Gorontalo.

Kepala Desa Tulabolo, Kambang Maku, mengatakan, longsor diawali banjir akibat hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur desa tersebut.
Hingga Kamis 11 Juli 2024, jumlah korban meninggal tercatat 23 orang. Sebanyak 93 orang selamat dan 29 orang masih dalam pencarian.
Sebagian korban dievakuasi menggunakan helikopter milik Polri.
Evakuasi korban melibatkan tim dari Basarnas bersama puluhan polisi dan prajurit TNI serta relawan.
Proses evakuasi terkendala karena sulitnya akses kendaraan bermotor mencapai lokasi longsor.
(*)
(Laporan Wartawan TribunGorontalo.com/ Arianto Panambang)
Banjir Bandang dan Longsor Landa Pakistan, Tewaskan Lebih dari 300 Orang |
![]() |
---|
Jalan Poros Enrekang-Toraja Macet Lagi, Antrean Kendaraan 1 Km, Sopir Mau ke Makale Menunggu 2 Jam |
![]() |
---|
Longsor di Enrekang Bikin Jalur Trans Toraja-Makasar Tersendat, PO Bus Tetap Beroperasi |
![]() |
---|
Longsor di Enrekang, Bus dari Makassar Telat 6 Jam Masuk Makale Toraja |
![]() |
---|
Truk Terbalik di Jalan Amblas Poros Enrekang-Toraja, Bus dari Makassar Telat Masuk Makale |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.