Pakar Lingkungan Global Prediksi Gelombang Panas Akan Semakin Parah, Ayo Cegah Bersama-sama

Selain itu, dampak tidak langsung juga akan muncul sebab suhu yang terus meningkat misalnya ketahanan pangan, baik dari tanaman mau pun hewan.

Editor: Imam Wahyudi
AFP via Kompas.com
ILUSTRASI - Seorang supir taksi di New Delhi, India melepas dahaga. Gelombang panas yang sedang melanda kawasan Asia Selatan dan ASEAN hingga menyebabkan suhu mencapai di atas 40 derajat Celsius. 

TRIBUNTORAJA.COM - Pakar keamanan kesehatan lingkungan global, Dicky Budiman, mengatakan, gelombang panas akibat perubahan iklim diprediksi akan semakin parah karena suhu akan terus meningkat.

Sehingga mencegah perubahan iklim agar situasi tidak bertambah buruk adalah hal yang sangat penting dilakukan.

Diketahui, beberapa negara di Asia dilanda gelombang panas akibat perubahan iklim.

Bahkan, sepanjang 2024 ini, sedikitnya 61 orang meninggal akibat heatstroke di Thailand. 

Heat stroke sendiri adalah kondisi di mana tubuh menjadi terlalu panas. 

"Prediksinya ini akan menjadi ancaman semakin serius. Karena akan semakin sering, (durasi) lebih lama dan suhu panas akan meningkat," ungkapnya saat dihubungi Tribunnews, Senin (13/5/2024). 

Sebagai informasi, Dicky mengatakan jika tubuh manusia punya batasan maksimal menahan suhu panas

Sejauh ini manusia baru bisa mentoleransi suhu panas 46 derajat celcius dengan kelembaban 50 persen.

Itu pun jika menggunakan pendingin udara, kipas angin atau perlindungan lainnya.

"Lebih dari itu, banyak yang akhirnya akan mati. Dan tentu bukan hanya berdampak pada manusia saja, tapi juga hewan," tambahnya. 

Selain itu, dampak tidak langsung juga akan muncul sebab suhu yang terus meningkat misalnya ketahanan pangan, baik dari tanaman mau pun hewan.

Menurutnya, bahaya ini harus segera direspons. 

Dimulai dengan hal kecil seperti mengurangi penggunaan plastik atau kurangi aktivitas yang berkontribusi pada cemaran plastik. 

Selain itu, masyarakat juga bisa mengurangi aktivitas mencuci baju. Misalnya, mencuci baju seminggu sekali saja. 

"Mencuci itu ada dampak limbahnya, selain itu ada mikroplastik yang lepas pada baju," imbuhnya. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved