Objek Wisata Tilangnga

Bocah Rasis ke Pengunjung Objek Wisata Tilangnga, Istri Bupati Tana Toraja Turun Tangan

Sekretaris Pengurus Objek Wisata Tilangnga, Ida, mengatakan pengelola objek wisata Tilangnga melibatkan empat rumpun yang berbeda.

Penulis: Muhammad Rifki | Editor: Imam Wahyudi
rifki/tribun toraja
Objek wisata Tilangnga. 

TRIBUNTORAJA.COM, MAKALE - Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Tana Toraja merespons cepat kasus pemalakan dan rasisme terhadap wisatawan di objek wisata Tilangnga.

Dengan menggelar rapat bersama pengurus objek wisata dan pemangku kepentingan lainnya di Tilangnga, Kelurahan Sarira, Kecamatan Makale Utara, Tana Toraja, Selasa (26/3/2024) siang.

Rapat membahas peningkatan mutu pelayanan objek wisata andalan Toraja tersebut, sehingga pengunjung yang datang tidak lagi merasa terganggu.

Selain itu, pengurus objek wisata Tilangnga juga turut menyampaikan permohonan maafnya dan akan segera menggelar rapat interen dengan rumpun keluarga sekitar objek wisata tersebut.

“Dalam rapat dibahas terkait permintaan maaf kami sebagai pengelola atas ketidaknyamanan pengunjung,” ujar Ketua Pengurus Objek Wisata Tilangnga, Oki Salmon, saat dikonfirmasi Selasa (26/3) sore.

“Kita berharap ini pembelajaran bagi semua pihak. Baik itu pengelola, orang tua, dan lainnya,” lanjut Oki.

Sekretaris Pengurus Objek Wisata Tilangnga, Ida, mengatakan pengelola objek wisata Tilangnga melibatkan empat rumpun yang berbeda.

“Kelanjutannya itu kami akan perbaiki untuk sistemnya,” kata Ida.

“Karena di sini yang kelola itu banyak rumpun keluarga, bukan perorangan. Jadi harus rumpun itu kita bertemu dulu untuk membicarakan, untuk memperbaiki diri dalam hal penanganan objek wisata,” bebernya.

Ketua TP PKK Tana Toraja, Yariana Somalinggi, yang turut hadir mengatakan anak-anak di sekitar Tilangnga perlu diajarkan tata krama yang baik.

“Dididik dan diajarkan bagaimana menerima tamu (pengunjung) dengan baik dan benar. Diarahkan untuk menghasilkan (uang) dengan cara yang baik,” tutur istri Bupati Tana Toraja ini.

Diberitakan sebelumnya, kasus pemalakan dan rasisme menimpa pasangan suami istri, Youtuber ‘Jajago Keliling Indonesia’, John dan Riana, yang kemudian viral.

Awalnya, mereka kagum dengan kejernihan air di kolam purba tersebut, ditambah dengan suasana alam yang sejuk.

Namun, mereka mulai tidak nyaman saat sekelompok anak yang ingin melompat dari pohon ke kolam berteriak dengan kata-kata yang kurang pantas.

Mereka juga meminta Rp5 ribu dan Rp10 ribu jika ingin menunjukkan atraski melompat dari pohon ke kolam.

Ini semacam ‘tradisi’ di objek wisata Tilangnga.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved