Beras Plastik

Desi Demam Usai Makan Nasi Diduga Beras Plastik

Adapun dugaan awal terkait beras sintetis ini pertama kali muncul di Bukittingi, Sumatera Barat, di mana ada salah seorang warga mengaku sakit

Editor: Imam Wahyudi
TribunToraja/Rifki
Harga beras di Toraja mulai merangkak naik imbas dari kemarau panjang. 

TRIBUNTORAJA.COM, JAKARTA - Desi, warga Bukittinggi, Sumatera Barat, mendadak demam seusai mengkonsumsi nasi yang diduga dari beras sintetis atau beras plastik.

Beras plastik tersebut dia beli seharga Rp5000 per kilogram di Pasar Bukittinggi.

"Saya sempat demam dan pusing. Radang tenggorokan juga," ujar Desi, Kamis (12/10/23).

Desi menyebut, ciri-ciri beras yang dibelinya itu berwarna putih, cepat keras dan cepat basi.

"Saya masak biasanya enggak pernah basi ini kok cepet basi, aneh," ujar Desi.

Kepala Dinas Pangan Provinsi Sumatera Barat(Sumbar), Syahrul Bahri menyebut telah mendapat informasi tersebut dan menyelidiki diduga beras sintetis bersama pihak kepolisian.

Permintaan keterangan, ujarnya, telah dilakukan kepada Desi dan juga suaminya.

Namun, Syahrul belum bisa memastikan beras yang dikonsumsi Desi merupakan beras sintetis.

"Melihat secara fisik sudah, tapi kami belum bisa memastikan itu beras sintetis atau bukan," ujar Syahrul.

Terpisah, Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan, saat ini isu mengenai adanya beras berbahan plastik atau beras sintetis yang dikonsumsi masyarakat sedang dalam proses investigasi.

Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas, Andriko Noto Susanto mengatakan, investigasi sedang dalam tahap uji laboratorium terhadap sampel beras yang dikonsumsi.

Adapun dugaan awal terkait beras sintetis ini pertama kali muncul di Bukittingi, Sumatera Barat, di mana ada salah seorang warga mengaku sakit usai mengonsumsi beras yang diduga sintetis.

“Ini harus dilihat apakah ada bahan lain yang dikonsumsi selain beras dan apakah semua yang mengonsumsi juga mengalami gejala yang sama," kata Andriko dalam keterangannya yang diterima Tribun.

Dia bilang, kasus ini tidak bisa digeneralisir.

Sebab, jika memang penyebabnya dari beras yang diduga sintetis, tentunya akan lebih banyak orang yang terkena dampaknya.

Sehingga, Andriko memastikan pihaknya akan fokus ke kasus keracunan tersebut.

Terkait kasus di Bukittinggi, ia mengatakan saat ini Dinas Pertanian dan Pangan Kota Bukittingi selaku OKKPD (Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah) bersama Satgas Pangan telah mengambil tindakan dengan turun langsung ke lokasi untuk meminta keterangan dan mengumpulkan bukti.

Guna membuktikan kasus ini, Andriko mengatakan saat ini sampel beras yang diduga sintetis tersebut sudah diambil dan dikirimkan ke laboratorium yang terkreditasi untuk proses uji lab.

“Untuk memastikan apakah sebab sakitnya akibat mengonsumi beras tersebut, maka harus dilakukan pengecekan kebenarannya. Apakah itu beras benar sintetis sehingga mengganggu kesehatan," ujarnya.

Ia mengatakan, untuk validasinya harus dilakukan pengujian profil plastik yang dikandung terhadap sampel beras yang sama dengan yang dikonsumsi saat itu.

Andriko pun menegaskan jika penjaminan keamanan pangan segar di peredaran merupakan salah satu fokus dari kewenangan Bapanas selaku OKKP Pusat (OKKPP) bersama dengan Dinas Pangan di seluruh Provinsi selaku OKKP Daerah (OKKPD) yang secara intensif terus dilakukan yang bersinergi dengan satgas pangan.

“Pengawasan keamanan dan mutu PSAT di peredaran baik pre-market maupun post-market dilakukan oleh OKKPP dan OKKPD untuk menjamin pemenuhan standar keamanan dan mutu pangan, yaitu residu pestisida, logam berat, mikotiksin, dan cemaran mirobiologi," kata Andriko.

"Penjaminan keamanan dan mutu pangan ini dilakukan melalui registrasi izin edar dan sertifikasi penerapan penanganan yang baik (SPPB), termasuk jaminan atas kebenaran informasi terkait keamanan pangan yang beredar di masyarakat ungkapnya," lanjutnya.

Kepala Bapanas yang juga Plt Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi menegaskan bahwa isu beras sintetis rentan dihembuskan di tengah upaya pemerintah melakukan stabilisasi pasokan dan harga beras dengan menggencarkan Gerakan Pangan Murah (GPM), bantuan pangan beras, dan operasi pasar Bulog.

Maka dari itu, selain melakukan tindakan pengujian ilmiah terhadap sampel beras melalui Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) di bawah Badan Pangan Nasional, Arief juga meminta satgas pangan untuk melakukan pengawasan dan penindakan terhadap pihak-pihak yang terbukti menyebarkan berita hoax mengenai beras sintetis ini.

“Sekarang kalau ada beras sintetis, satgas pangan investigasi dan jika memang terbukti bersalah, perlu diproses secara hukum, sehingga masyarakat tenang dan mendapat kejelasan mengenai masalah ini," kata Arief.

Ia juga mengimbau seluruh masyarakat agar lebih cermat memilih produk pangan yang aman dan membaca label serta tidak mudah terprovokasi dengan isu keamanan pangan yang belum pasti kebenarannya.

Cek Beras

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengaku melakukan pengecekan langsung proses pembongkaran kapal beras impor yang baru sandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Pengecekan ini dilakukan bersama Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Badan Karantina Indonesia M. Adnan.

Dalam pengecekannya, pria yang akrab disapa Buwas itu menjamin bahwa semua beras impor yang masuk ke gudang Bulog dalam kondisi aman dan telah melalui beberapa tahapan pemeriksaan.

Buwas menyampaikan itu juga bentuk dirinya menyikapi maraknya kabar beredar terkait kondisi beras impor yang dilakukan oleh Bulog.

Diketahui, beredar di masyarakat isu mengenai beras impor yang dilakukan Bulog dikaitkan dengan beras sintetis.

“Beras impor dari negara asal yang masuk ke gudang Bulog itu sudah melalui beberapa kali proses pemeriksaan," kata Buwas.

Ia mengatakan, sebelum berasnya dimuat ke kapal, di negara asalnya terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan oleh Surveyor Independent. Kemudian, setelah sampai di Indonesia dilakukan pemeriksaan lagi oleh Badan Karantina Indonesia.

"Jadi yang ada di gudang-gudang Bulog sudah sangat dipastikan aman semuanya”, kata Buwas.

Ia mengatakan, isu beras sintetis ini dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak senang di tengah upaya pemerintah melakukan stabilisasi pasokan dan harga beras.

Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Badan Karantina Indonesia M. Adnan juga menegaskan semua barang yang masuk ke Indonesia diperlakukan sesuai prosedur.

Yakni, dilakukan pemeriksaan administrasi, kesehatan, dan keamanan pangan termasuk impor beras yang dilaksanakan oleh Bulog.

“Semua kapal impor yang tiba termasuk impor beras ini harus diperiksa dulu oleh Badan Karantina Indonesia, setelah dinyatakan aman baru bisa dibongkar seperti kapal beras Vietnam yang kita saksikan sekarang ini," kata Adnan.(Tribun Network/daz/why/wly)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved