Pesawat Garuda Jatuh di Medan dan Menewaskan 234 Orang pada 26 Tahun Lalu, Terungkap Penyebabnya

Pilot Hance Rahmowiyogo yang membawa pesawat sempat berteriak "Allahu Akbar" sesaat sebelum menabrak tebing.

|
Editor: Apriani Landa
1.bp.blogspot.com
Puing Garuda yang jatuh di Sibolangit, Deliserdang, Sumatera Utara, 26 September 1997 lalu. Pesawat Garuda yang jatuh 26 tahun lalu itu menewaskan total 234 orang, terdiri dari 222 penumpang dan 12 awak pesawat. 

TRIBUNTORAJA.COM - Kecelakaan pesawat yang memilukan terjadi di Medan, 26 September 1997, 26 tahun lalu.

Pesawat Garuda jatuh setelah menabrak tebing di Sibolangit, Sumatera Utara lalu meledak berkali-kali. Badan pesawat patah dan hancur.

Tidak ada yang selamat dalam kecelakaan naas itu.

Seluruh penumpang dan awak pesawat tewas.

Penumpang berjumlah 222 orang dimana terdapat warga asing masing-masing dua Inggris, satu Perancis, enam Malaysia, empat orang Jerman, dua orang Amerika, dan dua Quebec Kanada. Awak pesawat, termasuk pilot, co pilot, dan pramugari/pramugara juga tidak ada yang selamat.

Dari rekaman transkrip komunikasi, pilot Hance Rahmowiyogo yang membawa pesawat saat itu sempat berteriak "Allahu Akbar" sesaat sebelum menabrak tebing.

Hari itu Jumat, 26 September 1997, akan menjadi hari yang tidak pernah dilupakan, khususnya oleh keluarga korban.

Saat itu, cuaca cerah karena dalam masa musim kemarau. Saat itu pukul sekitar pukul 13.18 WIB.

Pesawat Garuda Indonesia Airbus A300-B4 dengan nomor penerbangan GA 152 dari Jakarta tujuan Medan melintas di langit dan bersiap untuk take off di Bandara Polonia Medan, Sumatra Utara.

Namun, kejadian naas terjadi, pesawat itu menabrak tebing yang dengan sudut kemiringan nyaris 90 derajat.

Tabrakan itu menimbulkan ledakan dahsyat beberapa kali, pesawat lalu terbakar dan jatuh di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Lokasi kecelakaan berada sekitar 32 km dari Bandara Polonia.

Seluruh penumpang berjumlah 222 orang dan 12 awak pesawat tak ada yang selamat.

Yang memilukan, 48 mayat yang ditemukan dalam kecelakaan itu berada dalam keadaan hangus sehingga sulit untuk diidentifikasi.

Korban-korban malang tersebut dimakamkan di monumen Membramo di Medan. Di sini juga dimakamkan 61 korban dari Musibah Fokker F28 Garuda Indonesia 1979.

Sisanya, 186 mayat telah diidentifikasi dan di kembalikan ke keluarga mereka untuk dimakamkan pribadi.

Apa penyebab kecelakaan itu? Padahal, kondisi mesin bagus dan cuaca juga cerah?

Terungkap, penyebab pesawat Garuda itu menabrak tebing dan jatuh.

Adapun penyebab jatuhnya pesawat Garuda itu dikarenakan adanya misskomunikasi antara petugas ATC dengan pilot serta pesawat terbang yang terlalu rendah.

Ditambah dengan adanya kebakaran hutan yang menyebabkan asapnya menghalangi pandanga.

National Transportation Safety Board (NTSB) atau Dewan Keselamatan Transportasi Nasional di Amerika Serikat juga merilis laporan resmi terkait penyebab kecelakaan tersebut.

Penyebab yang mereka ungkap adalah:

1. Pesawat GA 152 berbelok ke kanan bukan ke kiri seperti yang diperintahkan oleh ATC di 6:30:04.

2. Pesawat GA 152 turun di bawah ketinggian ditetapkan dari 2.000 kaki (610 m) dan kemudian mengenai puncak pohon di 1.550 kaki (472 m) di atas permukaan laut.

Selain itu, faktor penyebab kecelakaan diduga akibat pandangan pilot atau kopilot yang terganggu oleh asap.

Saat kecelakaan terjadi, kota Medan memang sedang diselimuti kabut asap tebal akibat pembakaran hutan.

Pilot Hance Rahmowiyogo yang sudah memiliki 20 tahun pengalaman terbang meminta panduan dari menara ATC (Air Traffic Control) karena jarak pandang tertutup kabut, sebelum akhirnya kontak terputus.

Dari hasil transkrip komunikasi terakhir yang dipublikasikan ke publik, seperti dikutip dari aviation-safety.net, ditengarai terjadi kesalahmengertian komunikasi dengan menara ATC sebelum GA 152 hilang kontak:

ATC: GIA 152, turn right heading 046, report established on localizer.

GIA 152: Turn right heading 040, GIA 152, check established.

ATC: Turning right sir.

GIA 152: Roger, 152.

ATC: 152, confirm you′re making turning left now?

GIA 152: We are turning right now.

ATC: 152 OK, you continue turning left now.

GIA 152: A .... confirm turning left? We are starting turning right now.

ATC: OK .... OK.

ATC: GIA 152 continue turn right heading 015.

GIA 152: Aaaaaa. Allahu Akbar!

Tim investigasi menyimpulkan bahwa menara ATC keliru memberikan panduan.

GA 152 yang seharusnya berbelok ke arah kiri malah diarahkan ke kanan sehingga menabrak tebing gunung, yang jaraknya 48 km dari kota Medan.

Pesawat kemudian meledak berkali-kali.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved