Polusi Udara

Imbas Polusi Udara, Klaim BPJS Kesehatan Tembus Rp 10 T, Kanker Paru Jadi Penyakit Berbiaya Besar

Setidaknya ada lima penyakit saluran pernapasan atau respiratori yang muncul karena polusi udara, diantaranya TBC, kanker paru, asma dan pneumonia.

Editor: Muh. Irham
tribunnews
Polusi udara terlihat di langit Jakarta, Senin (3/9/2018). 

Hal ini dikarenakan sebagian besar kanker paru ditemukan pada stadium lanjut. Sehingga angka kesembuhan rendah dan biaya yang pun menjadi tinggi. Oleh karena itu, menurutnya upaya penanggulangan skrining dan deteksi dini perlu dilakukan agar kasus sedini mungkin dapat ditemukan. Sehingga angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan meningkat.Dan nantinya, beban biaya pengobatan berkurang.

Kemenkes, kata dr Eva saat ini sudah menerapkan sistim tranformasi kesehatan.

"Saat ini skrining kanker paru telah masuk ke dalam kebutuhan dasar kesehatan yang menjadi salah satu manfaat dari jaminan kesehatan nasional," paparnya.

Skrinning akan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan primer (FKTP).Diharapkan dokter di FKTP dapat menjaring masayarakat yang berisiko terkena kanker paru menggunakan tool yang telah disepakati di dalam konsensus.

"Selanjutnya dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan," tambah dr Eva.

Lebih lanjut dr Eva mengatakan bahwa kanker paru penyebab kematian terbanyak akibat kanker dari semua jenis kanker lainnya di dunia. Data Global Burden of Cancer Study (Globocan) estimasikan terdapat 1,8 juta kematian akibat kanker paru.

Begitu pula dengan Indonesia, kanker paru merupakan kanker dengan angka kematian tertinggi.

"Berdasarkan data, diestimasikan sekitar 30 ribu kematian per tahun akibat kanker paru. Kanker paru juga menduduki peringkat ketiga jumlah kasus baru terbanyak setelah kanker payudara dan leher kanker rahim yaitu 35 ribu kasus," tutupnya.

Executive Director Indonesian Association for the Study on Thoracic Oncology (IASTO),Prof. Dr. dr. Elisna Syahruddin, Sp.P(K), Ph.D mengungkap kanker paru-paru bukan penyakit yang tiba-tiba muncul. Butuh waktu panjang atau paling cepat 10 tahun untuk paru-paru sehat menjadi kanker paru-paru.

Lebih lanjut ada dua faktor risiko yang penyebab munculnya kanker paru-paru. "Bahwa ada dapat dikontrol dan tidak," ujar dr Elisna.

Faktor yang tidak dapat diubah misalnya umur.Kanker termasuk penyakit umur, semakin bertambah umur, maka risiko meningkat. Kedua, jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan punya potensi kanker yang berbeda-beda. Dan kanker paru lebih banyak laki-laki karena dipengaruhi oleh gaya hidup.

Ketiga, riwayat kanker dalam keluarga. Kanker bukan diturunkan. Namun jika seseorang memiliki keluarga dengan riwayat kanker, maka berisiko lebih tinggi mengalami hal serupa.

Faktor kedua yang bisa dikontrol. Dr Elisna pun menjelaskan diantaranya paparan asap rokok yang mengandung karsinogen. Kemudian faktor pekerjaan. Orang yang bekerja di lingkungan kerja yang mengandung paparan zat karsinogen.

"Misal kerja pabrik semen, tambang, kerja di galangan kapal, tukang, dan pembangunan," tutupnya.

Sementara itu Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Onkologi, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr. Sita Laksmi Andarini menyebut penggunaan asbes sebagai atap rumah kini tidak lagi dianjurkan karena berisiko memicu munculnya penyakit kanker paru.

Halaman
123
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved