Kisah Mas Sarto, Pedagang Bubur Legendaris yang Sudah Tiga Dekade Berjualan di Rantepao
Untuk menikmati seporsi bubur ayam maupun bubur kacang hijau, pengunjung cukup merogoh kocek Rp 12 ribu. Namun jika hendak dibungkus, pelanggan...
Penulis: Freedy Samuel Tuerah | Editor: Donny Yosua
TRIBUNTORAJA.COM, RANTEPAO - Bagi warga Rantepao, Toraja Utara, bubur Ayam Mas Sarto merupakan salah satu panganan legendaris di jantung ibu kota kabupaten tersebut.
Lokasinya berada di depan Klinik Evergreen Medika, Rantepao, Toraja Utara, Sulawesi Selatan.
Saan Tribun Toraja berkunjung pada Minggu (6/8/2023) pagi Wita, belasan orang telah mengantri sejak pagi buta.
Harganya sendiri sangat ramah di kantong.
Untuk menikmati seporsi bubur ayam maupun bubur kacang hijau, pengunjung cukup merogoh kocek Rp 12 ribu.
Namun jika hendak dibungkus, pelanggan harus membayar Rp 15 ribu per porsi bubur.
Baca juga: Lihat Langsung Proses Pembuatan Pa Piong Khas Toraja oleh Masyarakat Tombang Kalua, Toraja Utara
Sang pedagang bubur, Mas Sarto mengaku menyiapkan bubur kacang ijo dan bubur ayam sebanyak 150 porsi per hari.
Saat Tribun Toraja mencoba seporsi bubur ayam, terlihat potongan daging dan topping lain memenuhi mangkuk.
Selain topping yang melimpah, Mas Sarto juga menyediakan telur ayam rebus, sate telur puyuh dan juga sate hati ampela ayam.
Baca juga: Resep Bubur Manado Tinutuan, Menu Sehat dan Kaya Nutrisi
Mas Sarto mengatakan, pada hari Sabtu dan Minggu dagangannya selalu ludes dalam dua hingga tiga jam sejak dibuka.
Meski demikian, Mas Sarto juga tetap berjualan di hari biasa.
Mas Sarto yang akrab disapa Pakde mengatakan bahwa ia dan istrinya sudah lama merantau ke Toraja dan membuka usahanya.

Dia bercerita, pertama kali berdagang bubur kacang ijo sejak awal dekade 1990-an.
"Awalnya memang bubur kacang ijo yang duluan dijual, setelah ibu baru bubur ayam dengan keliling menggunakan grobak ini dulu," tutur Mas Sarto.
Pakde mengaku, ia lebih dulu datang ke Toraja, setelah itu istrinya datang menyusul untuk membantunya.
Baca juga: Ini Dia Resep Oseng Mercon Khas Jogja untuk Habiskan Sisa Stok Daging di Kulkas
"Kalau istri saya baru 25 tahun lalu saya yang datang duluan, awalnya yah belajar menyesuaikan apalagi saya bukan orang sini (Toraja), menyesuaikan dengan salah satu cara mempelajari sedikit - sedikit bahasa Toraja," tuturnya.
Pria asal Jawa ini juga mengaku cepat beradaptasi di Toraja.
"Lumayan cepat juga (beradaptasi). Intinya orang Toraja terkenal akan keramahannya, jadi tidak terlalu sulit bergaul," jelasnya.
Baca juga: Resep Ikan Gabus Tollo Pamarrasan, Rekomendasi Kuliner Akhir Pekan
Bahkan tidak hanya itu, Mas Sarto mengaku anaknya malah lebih lancar berbahasa Toraja ketimbang Bahasa Jawa.
"Bahkan anak saya di Jogja baru-baru ini bisa lancar bahasa Jawa setelah lanjut studi kesana, cukup lucu juga jika dipikir," imbuhnya.
Baca juga: Kenapa Dinamakan Sop Saudara? Ini Dia Sejarah dan Resep Kuliner Legendaris Khas Pangkep
Ia bahkan sudah menganggap dirinya sebagai orang asli Toraja.
"Bahkan saya sudah merasa diri saya dan keluarga saya orang Toraja. Saya ingin lama tinggal disini, tingkat toleransi beragama sangat tinggi disini itu juga yang menjadi faktor saya betah disini," pungkasnya.
(*)
Update Harga Anak Kerbau di Toraja Utara, Bonga Rp90 Juta, Saleko Rp100 Juta |
![]() |
---|
Info Cuaca Toraja Utara Senin 4 Agustus 2025: Cerah Berawan Sore Nanti |
![]() |
---|
Info Cuaca Toraja Utara Sabtu 2 Agustus 2025: Rantepao, Kesu, Hingga Lolai Hujan Ringan |
![]() |
---|
Dinas Ketahanan Pangan Toraja Utara Gelar Pasar Murah, Beras Dijual Rp 57.500 per 5 Kg |
![]() |
---|
Info Cuaca Toraja Utara Jumat 1 Agustus 2025: Cerah Berawan Sepanjang Hari, Suhu Meningkat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.